Segala bentuk konten dalam situs tokomakalah.com ini BERHAKCIPTA atau dilindungi oleh Undang-undang. jika anda ingin mendapatkan salah satu konten didalam situs ini, silahkan menghubungi kami. Informasi Selengkapnya, Klik download!
Sabar untuk
berniat sukses, bebas dan jaya serta sembuh dari sakit dan punya niat untuk
beribadah. (jangan cuma niat , lakukan) – Kalau kita suatu saat diuji dengan
sesuatu (masalah), kita harus sadar bahwa yang pertama harus di miliki adalah
Khusnudhon (berbaik sangka) kepada Allah, karena seburuk buruk perilaku adalah
berburuk sangka kepada Allah. – Sabar menafakuri hikmah tiap masalah dan cobaan
– Bersabar ketika ikhtiar – Sabar untuk tidak mengeluh.
SABAR
A.
Sabar
1. Pengertian sabar
Pengertian Secara etimologis, sabar (ash-Shabr) berarti menahan dan
mengekang (al-habs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan dari
segala sesuatu yang tidak sukai karena mengharap ridha Allah. Yang
tidak disukai itu tidak selamanya terdiri dari hal-hal yang tidak disenangi
seperti musibah kematian, sakit, kelaparan dan sebagainya, tapi bisa juga
berupa hal-hal yang disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai
oleh hawa nafsu. Sabar dalam hal ini berarti menahan dan mengekang diri dari
memperturutkan hawa nafsu. Menurut Hamzah Ya’qub, sabar menurut bahasa adalah
teguh hati tanpa mengeluh ditimpa bencana apabila dikatakan dengan pandangan
Islam maka sabar diartikan tabah menerima ujian-ujian Tuhan dalam bakti dan
perjuangan dengan tujuan memperoleh ridhanya.
حَدَّثَنَا
هَدَّابُ بْنُ خَالِدٍ الأَزْدِىُّ وَشَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ جَمِيعًا عَنْ
سُلَيْمَانَ بْنِ الْمُغِيرَةِ وَاللَّفْظُ لِشَيْبَانَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ
حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى لَيْلَى عَنْ صُهَيْبٍ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ
إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ
أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ
صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ(المسلم )
Artinya:
“Aku heran pada urusan orang Mukmin, yang mana semua urusannya baik dan itu
terdapat pada siapapun, kecuali pada orang Mukmin apabila mendapatkan
kebahagiaan ia bersyukur dan itu lebih baik baginya, dan apabila ia mendapatkan
kesusahan maka ia bersabar, dan itu lebih baik baginya.”
2. Macam-macam
sabar, antara lain:
a. Sabar
terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah SWT
b. Sabar dalam
menjalankan perintah Allah SWT
c. Sabar dari
apa yang dilarang Allah SWT
3. Ciri-ciri
orang yang sabar
Ada beberapa ciri orang yang sabar antara lain sebagai
berikut:
a. Bersyukur
dengan segala yang berlaku
b. Ridho dengan
ketentuan Illahi
c. Mengucapkan
innalillahi wa innailahi rojiun
d. Yakin bahwa
setiap perkara yang berlaku itu ada hikmah dibaliknya.
e. Berbaik
sangka kepada ketetapan Allah SWT
f. Beristigfar
memohon ampun kepada Allah SWT
g. Berusaha dan
berdoa
h. Bertawakal
i. Yakin akan
pertolongan Allah SWT.
Dari uraian di atas maka sebagai seorang guru yang
kodratnya sebagai manusia biasa yang selalu dihadapkan pada ujian dan cobaan
dalam menghadapi sifat, sikap dan tingkahlaku peserta didik yang berbeda-beda
maka kesabaran sebagai suatu sifat yang harus senantiasa dimiliki oleh guru.
4. Sabar
menghadapi masalah dan cobaan
Sabar untuk berniat sukses, bebas dan jaya serta
sembuh dari sakit dan punya niat untuk beribadah. (jangan cuma niat , lakukan)
– Kalau kita suatu saat diuji dengan sesuatu (masalah) , kita harus sadar bahwa
yang pertama harus di miliki adalah Khusnudhon (berbaik sangka) kepada Allah,
karena seburuk buruk perilaku adalah berburuk sangka kepada Allah. – Sabar
menafakuri hikmah tiap masalah dan cobaan – Bersabar ketika ikhtiar – Sabar
untuk tidak mengeluh.
Macam-macam sabar beserta dalil dan contoh
masing-masing Para Ulama telah membagi sabar dengan pembagian yang beraneka
ragam. Dan semuanya bermura pada tiga macam, yakni sabar dalam menjalankan
ketaatan, sabar terhadap maksiat dan sabar dalam musibah.
a. Sabar dalam
menjalankan ketaatan adalah bersikap istiqomah dalam menjalankan syaria’at
Allah; membiasakan diri untuk senantiasa menjalankan segala macam ibadah, baik
yang berkaitan dengan harta, jasmani maupun hati. Meneruskan amar ma’ruf nahi
mungkar dan bersabar dalam menjalankan semua itu terhadap beraneka macam ujian
dan cobaan. Seperti yang telah dicontohkan oleh Luqman kepada anaknya.
“Hai anakku,
dirikanlah shalat, suruhlan manusia mengerjakan yang baik, cegahlah (mereka)
dari perbuatan yang mungkar, bersabarlah terhadap apa yang menimpamu”. (Qs.
Luqman:17)
b. Sabar
terhadap maksiat adalah dengan melakukan perjuangan melawan hawa nafsu,
memerangi penyelewengan jiwa, meluruskank kebengkokannya dan mengekang
pendorong-pendorong kejahatan dan kerusakan yang dibisikkan oleh Syaitan ke
dalam hati manusia. Dan apabila seseorang bersabar terhadap segala macam ujian
dari Allah, maka ia akan mendapatkan hidayah yang sempurna.
“dan
orang-orang yang berjuang untuk mencari ridha Kami, benar-benar akan kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami”. (QS.
Al-Ankabut: 69).
c. Sedangkan
sabar dalam menghadapi musibah adalah dengan menyadari bahwa dunia ini adalah
tempat ujian dan cobaan. Allah akan menguji iman hamba-Nya dengan beraneka
ragam musibah, sebab Dialah yang lebih tahu segala sesuatu. Dan Allah akan
menyaring kaum mukminin dengan beragam cobaan untuk memisahkan yang baik dan
buruk, yang beriman dari yang munafik. “alif lam mi`m. apakah manusia itu
mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan, ‘kami telah beriman,’ sedang mereka
tidak diuji” (QS. Al-Ankabut: 1-2).
Menurut Yusuf al-Qardawi dalam bukunya Ash-Shabrfi
al-Quran sabar dapat dibagi menjadi enam macam:
a.
Sabar menerima cobaan hidup. Setiap manusia pasti akan
selalu diterpa oleh cobaan. Cuma yang menjadi permasalahannya yakni bagaimana
cara kita mensikapi cobaan yanag telah diberikan oleh Allah SWT. Dengan
diberikan cobaan Allah itu berarti menandakan bahwa Allah masih menyayangi
hamba-Nya. Karena Allah SWT menguji hamba-Nya sesuai dengan kadar keimanan yang
dimiliki oleh hamba tersebut.
b.
Sabar dari keinginan hawa nafsu. Hawa nafsu
menginginkan segala macam kenikmatan hidup, kesenangan dan kemegahan dunia.
Untuk mengandalikan segala keinginan itu diperlukan kesabaran. Jangan sampai
semua kesenangan dunia itu membuat seseorang lupa diri, apalagi lupa Tuhan.
Al-Quran mengingatkan, jangan sampai harta benda dan anak-anak menyebabkan
seseorang lalai dari mengingat Allah SWT.
“Hai
orang-orang yang beriman, jaaganlah harta-harta dan anak-anakmu melalaikanmu
dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah
orang-orang yang rugi” (QS. Al-Munafiqun: 9)
c.
Sabar dalam ta’at kepada Allah SWT Dalam mena’ati
perintah Allah, terutama dalam beribadah kepada-Nya diperlukan kesabaran. Allah
berfirman:
“Tuhan
langit dan Tuhan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, maka sembahlah
Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada
seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS.
Maryam: 65).
d.
Sabar dalam berdakwah yang penuh dengan segala onak
dan duri. Seorang melalui jalan itu harus memiliki kesabaran. Luqman hakim
menasehati putranya dalam surat Luqman ayat 13.
“Dan
(ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar”.
e.
Sabar dalam perang Dalam peperangan sangat diperlukan
kesabaran, apalagi menghadapi musuh yang lebih banyak atau lebih kuat. Dalam
keadaan terdesak sekalipun, seorang prajurit Islam tidak boleh lari
meninggalkan medan perang. Karena ini adalah sifat-sifat orang yang bertakwa.
f.
Sabar dalam pergaulan. Dalam pergaulan sesama manusia
baik antara suami isteri, anak dengan orang tua dengan anaknya dan lain
sebagainya. Oleh sebab itu, dalam pergaulan sehari-sehari diperlukan kesabaran,
sehingga tidak cepat marah atau memutuskan hubungan apabila menemui hal-hal
yang tidak disuka.
B.
Ikhlas
1. Pengertian
ikhlas
Ikhlas adalah salah satu hal yang bisa menyebabkan
suatu amalan ibadah kita diterima Allah Ta’ala. Yang dimaksud dengan ikhlas
adalah memurnikan ibadah atau amal shalih hanya untuk Allah dengan mengharap
pahala dari-Nya semata.
Jadi dalam beramal kita hanya mengharap balasan dari Allah, tidak dari manusia
atau makhluk-makhluk yang lain. Demikian adalah pengertian ikhlas dalam islam. Imam
Ibnul Qayyim menjelaskan arti ikhlas yaitu mengesakan Allah di dalam tujuan
atau keinginan ketika melakukan ketaatan, beliau juga menjelaskan bahwa makna
ikhlas adalah memurnikan amalan dari segala yang mengotorinya. Inilah bentuk
pengamalan dari firman Allah dalam surat Al-Fatihah ayat 5 yang artinya: “Hanya
kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”
حَدَّثَنَامُحَمَّدُ بْنُ
كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنِى يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ
بْنِ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِىِّ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ اللَّيْثِىِّ قَالَ
سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه
وسلم إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ
وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ
يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ (أبو داوود)
Artinya: “Rasulullah saw bersabda:
“segala perbuatan tergantung amalnya. Setiap orang akan mendapatkan pahala apa
yang diniatkannya. Barang siapa berhijrah ke madinah untuk mencari ridho Allah
dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa berhijrah
untuk mencari harta dunia atau untuk seorang perempuan yang hendak dinikahi,
maka hijrahnya hanya untuk itu tidak mendaptkan pahala dari sisi Allah SWT.”
2. Ciri-ciri
orang yang ikhlas
“Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.tiada sekutu
bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS:al-An’am: 162-163). Di samping
sabar, seorang guru juga harus memiliki sifat ikhlas dalam mendidik peserta
didik. Menurut ustad Jefri Al Bukhori, Ikhlas adalah melakukan amalan-amalan
semata-mata mencari keridaan Allah SWT. Amalan-amalan tersebut tanpa dicampuri
dengan keinginan dunia, keuntungan, pangkat, harta, kemasyhuran, kedudukan
tinggi, meminta pujian, menuruti hawa nafsu, dan lainnya. Bila seorang guru
ikhlas dalam menyampaikan materi yang diajarkan maka pembelajaran akan lebih
bisa terserap, karena guru yang ikhlas hanya mengharapkan ridho dari Allah SWT
akan selalu berupaya membuat atau mencari model pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik dan dapat mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri
peserta didik, sehingga pembelajaran yang di sampaikan terkesan lebih bermakna
dan lebih menarik. Pendidik bisa memposisikan dirinya sebagai motivator yang
handal dengan niat yang baik, sebagai fasilitator yang merancang pembelajaran
dengan sempurna. Pandangan orang yang ikhlas akan lebih tertuju kepada apa sesuatu
yang terbaik yang dapat ia berikan kepada peserta didik agar peserta didik
dapat menerima pemberiannya dengan senang.
Ada beberapa ciri orang yang ikhlas menurut ustad
Jefri Al Bukhori antara lain sebagai berikut :
a.
Pertama, orang yang ikhlas bercirikan takut akan
kemasyhuran dan sanjungan yang dapat membawa fitnah kepada diri sendiri dan
agamanya.
b.
Orang yang ikhlas senantiasa menganggap dirinya hina
di hadapan Allah SWT. Hatinya tidak boleh dimasuki oleh sifat takabur dan
takjub terhadap diri sendiri. Bahkan, ia senantiasa merasa takut kalau-kalau
dosanya tidak diampuni oleh Allah atau kebaikannya tidak diterima oleh-Nya.
c.
Orang yang ikhlas lebih menyukai melakukan amal
kebaikan secara sembunyi-sembunyi daripada amalan yang dipenuhi dengan iklan
dan irama kemasyhuran.
d.
Orang yang ikhlas tidaklah bekerja semata-mata untuk
mencari keuntungan atau mencapai kemenangan saja. Ia melakukannya semata-mata
karena mencari keridaan Allah dan mematuhi perintah-Nya.
e.
Orang yang ikhlas senantiasa merasa gembira dengan
adanya orang-orang yang mempunyai kemampuan melebihi dirinya. Ia mampu berbagi
amal dan memberi peluang kepada siapa saja yang mampu untuk menggantikan
posisinya tanpa merasa berat hati atau berusaha menjegal dan menghalangnya,
atau menghina dan marah kepadanya.
3. Delapan
tanda keikhlasan
Ada delapan tanda-tanda keikhlasan yang bisa kita
gunakan untuk mengecek apakah rasa ikhlas telah mengisi relung-relung hati
kita. Kedelapan tanda itu adalah:
a.
Keikhlasan hadir bila Anda takut akan popularitas,
Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata, “Sedikit sekali kita melihat orang yang
tidak menyukai kedudukan dan jabatan. Seseorang bisa menahan diri dari makanan,
minuman, dan harta, namun ia tidak sanggup menahan diri dari iming-iming
kedudukan. Bahkan, ia tidak segan-segan merebutnya meskipun harus menjegal
kawan atau lawan.” Karena itu tak heran jika para ulama salaf banyak menulis
buku tentang larangan mencintai popularitas, jabatan, dan riya.
b.
Ikhlas ada saat Anda mengakui bahwa diri Anda punya
banyak kekurangan. Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak
kekurangan. Ia merasa belum maksimal dalam menjalankan segala kewajiban yang
dibebankan Allah SWT. Karena itu ia tidak pernah merasa ujub dengan setiap
kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya, ia cemasi apa-apa yang dilakukannya
tidak diterima Allah swt.
c.
Keikhlasan hadir ketika Anda lebih cenderung untuk
menyembunyikan amal kebajikan. Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin
amal perbuatannya diketahui orang lain.
Ibarat pohon, mereka lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi
menghidupi keseluruhan pohon.
d.
Ikhlas ada saat Anda tak masalah ditempatkan sebagai
pemimpin atau prajurit Rasulullah saw. melukiskan tipe orang seperti ini dengan
berkataan, “Beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di
jalan Allah sementara kepala dan tumitnya berdebu. Apabila ia bertugas menjaga
benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan jika ia bertugas sebagai
pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya.”
e.
Keikhalasan ada ketika Anda mengutamakan keridhaan
Allah daripada keridhaan manusia. Tidak sedikit manusia hidup di bawah
bayang-bayang orang lain. Bila orang itu menuntun pada keridhaan Allah, sungguh
kita sangat beruntung. Tapi tak jarang orang itu memakai kekuasaannya untuk
memaksa kita bermaksiat kepada Allah SWT. Di sinilah keikhlasan kita diuji.
Memilih keridhaan Allah SWT. atau keridhaan manusia yang mendominasi diri kita?
Pilihan kita seharusnya seperti pilihan Masyithoh si tukang sisir anak Fir’aun.
Ia lebih memilih keridhaan Allah daripada harus menyembah Fir’aun.
f.
Ikhlas ada saat Anda cinta dan marah karena Allah
Adalah ikhlas saat Anda menyatakan cinta dan benci, memberi atau menolak, ridha
dan marah kepada seseorang atau sesuatu karena kecintaan Anda kepada Allah dan
keinginan membela agama-Nya, bukan untuk kepentingan pribadi Anda. Sebaliknya,
Allah swt. mencela orang yang berbuat kebalikan dari itu. “Dan di antara mereka
ada orang yang mencela tentang (pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagian
daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian
daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” (At-Taubah: 58)
g.
Keikhalasan hadir saat Anda sabar terhadap panjangnya
jalan. Keikhlasan Anda akan diuji oleh waktu. Sepanjang hidup Anda adalah
ujian. Ketegaran Anda untuk menegakkan kalimat-Nya di muka bumi meski tahu
jalannya sangat jauh, sementara hasilnya belum pasti dan kesulitan sudah di
depan mata, amat sangat diuji. Hanya orang-orang yang mengharap keridhaan Allah
yang bisa tegar menempuh jalan panjang itu.
h.
Ikhlas ada saat Anda merasa gembira jika kawan Anda
memiliki kelebihan. Yang paling sulit adalah menerima orang lain memiliki
kelebihan yang tidak kita miliki. Apalagi orang itu junior kita. Hasad. Itulah
sifat yang menutup keikhlasan hadir di relung hati kita. Hanya orang yang ada
sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi kesempatan kepada orang yang
mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengambil bagian dari tanggung jawab
yang dipikulnya.
4.
Beberapa faktor yang dapat mendukung ikhlas
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seorang guru untuk bisa ikhlas,
sehingga mampu melakukan tugas dan kewajibannya, kendatipun ikhlas itu sangat
sulit untuk didapat. Beberapa faktor tersebut menurut Utaratu ialah:
a.
Belajar menuntut ilmu yang bermanfaat, yaitu terus
mempelajari Al Qur`an dan As-sunnah.
b.
Berteman dengan orang-orang shalih. Ini termasuk
faktor yang dapat mendorong keikhlasan. Berteman dengan orang-orang yang shalih
dapat memotivasi diri untuk mengikuti jejak dan tingkah laku mereka yang baik,
mengambil pelajaran dan mencontoh akhlak mereka yang baik. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perumpamaan tentang sahabat yang baik
dan yang tidak baik dengan sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang
artinya: Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk, ialah
seperti pembawa minyak wangi dan peniup tungku api (pandai besi). Pembawa
minyak wangi boleh jadi akan memberimu, bisa jadi kamu akan membeli darinya.
Dan kalau tidak, kamu akan mendapat bau harum darinya. Sedangkan peniup tungku
api (pandai besi), boleh jadi akan membakar pakaianmu, dan bisa jadi engkau
mendapatkan bau yang tidak sedap darinya. (Muttafaqun ‘alaihi, dari Abu Musa Al
Asy’ari)
c.
Membaca sirah (perjalanan hidup) orang-orang yang
ikhlas.
d.
Bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu. Seseorang tidak
akan dapat mencapai keikhlasan kalau tidak bersungguh-sungguh melawan hawa
nafsu, kecintaan kepada kedudukan dan ketenaran, gila harta, sanjungan, dengki,
dendam, dan lain-lainnya.
e.
Berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah. Ini
termasuk salah satu jalan yang bisa menguatkan dan menopang agar seseorang
bersungguh-sungguh untuk ikhlas dalam ibadah. Doa adalah
senjata orang mukmin. Untuk dapat mewujudkan permintaan dan memenuhi
kebutuhannya, manusia disyariatkan Allah agar berdoa’.
A. Rusyan Tabrani, Pendidikan Budi Pekerti, (Jakarta: Inti
Media Cipta Nusantara, 2006), hlm. 62
Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi Membangun
Kepribadian Muslim, (Bandung: Rosdakarya, 2006), hlm. 31
Belum ada tanggapan untuk "Apa itu Sabar?"
Posting Komentar