Segala bentuk konten dalam situs tokomakalah.com ini BERHAKCIPTA atau dilindungi oleh Undang-undang. jika anda ingin mendapatkan salah satu konten didalam situs ini, silahkan menghubungi kami. Informasi Selengkapnya, Klik download!
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Pengertianyan luasnya cognition (kognisi)
adalahperolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya,
kemudian istilah kognitif ini menjadi
popular sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang
mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka,
pertimbangan, pengolahaninformasi, pemecahan masalah, pertimbangan,
membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Kognitivisme
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition
artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi)
adalahperolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya,
kemudian istilah kognitif ini menjadi
popular sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang
mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka,
pertimbangan, pengolahaninformasi, pemecahan masalah, pertimbangan,
membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang
berpusat di otak ini juga berhubungan dengan
konasi (kehendak) danafeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para
ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada
kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu
terjadi.
Teori belajar kognitivisme yaitu lebih menekankan pada belajar yang merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu
proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia
sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya, untuk
memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku,
ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Dalam belajar,
kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan
faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan
interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus
sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak kita yang
merupakan “Pusat” penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali lingkungan,
melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah, mencari informasi
baru, menarik simpulan dan sebagainya.
Di samping itu, teori
ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang terus-menerus
antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu adalah
hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan
perubahan pengetahuan atau tingkah laku. Dalam pembelajaran pada teori ini
dianjurkan untuk menggunakan media yang konkret karena anak-anak belum dapat
berfikir secara abstrak.
Dalam teori ini ada dua
bidang kajian yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar,
yaitusebagaiberikut:
1. Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan
proses berfikir yang sangat kompleks.
2. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi
yang berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut psikologi kognitivistik,
belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu dengan jalan
mengaitkan pengetahuan baru kedalam struktur berfikir yang sudah ada. Usaha itu
dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari
pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan,
mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sehingga,
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukkan keberhasilan
mempelajari informasi pengetahuan yang baru.
Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek
kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya. Sedangkan situasi yang
berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkah laku sangat ditentukan oleh
proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Pada prinsipnya,
belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat
sebagai tingkah laku (tidak selalu dapat diamati)Dalam teori ini menekankan
pada gagasan bahwa bagian-bagian dari situasi yang terjadi dalam proses belajar
saling berhubungan secara keseluruhan. Sehingga jika keseluruhan situasi
tersebut dibagi menjadi komponen-komponen kecil dan mempelajarinya secara
terpisah, maka sama halnya dengan kehilangan sesuatu (reilly dan lewis, 1983).
Sehingga dalam aliran kognitivistik ini terdapat ciri-ciri pokok. Adapun
ciri-ciri dari aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut:
1.
Mementingkan apa yang
ada dalam diri manusia
2. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
3. Mementingkan peranan kognitif
4. Mementingkan kondisi waktu sekarang
5. Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Belajar kognitif ciri
khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk
representatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau dihadirkan
dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya
merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan
pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali
kenegerinya sendiri. Tempat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain
negara tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di
tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi semua
tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang
disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
B. Macam-macam Teori Belajar Kognitif
AdapunbeberapahalYang termasuk teori belajar kognitif yaitusebagaiberikut:
1. Teori belajar Pengolahan Informasi.
Gambar tersebut
menunjukkan titik awal dan akhir dari peristiwa pengolahan informasi. Garis
putus-putus menunjukkan batas antara kognitif internal dan dunia eksternal.
Dalam model tersebut tampak bahwa stimulus fisik seperti cahaya, panas, tekanan
udara, ataupun suara ditangkap oleh seseorang dan disimpan secara cepat di
dalam sistem penampungan penginderaan jangka pendek.Apabila informasi itu
diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem
penampungan memori kerja. Apabila informasi di dalam kedua penampungan tersebut
diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke dalam memori jangka
panjang.
Kebanyakan, peristiwa
lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah
ditransfer ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang
kehilangan kemampuannya dalam mengingat informasi yang telah ada di dalam
memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu terjadi apabila
informasi bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.
2. Teori belajar Kontruktivisme.
Teori belajar Kontruktivisme memandang bahwa:
a. Belajar berarti mengkontruksikan makna atas informasi dari masukan yang
masuk kedalam otak.
b. Peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke
dalam dirinyasendiri.
c. Peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah dianggaptidak bisa digunakan lagi.
d. Peserta didik mengkontruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi
dengan lingkungannya.
Teori
Kontruktivisme ini menetapkan 4 asumsi tentang belajar, yaitu sebagai berikut
·
Pengetahuan secara
fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terkibat dalam belajaraktif.
·
Pengetahuan secara
simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang membuat representasi atas kegiatannya sendiri.
·
Pengetahuan secara sosial
dikonstruksikan oleh peserta didik yang menyampaikan maknanya kepada orang
lain.
·
Pengetahuan secara
teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang mencoba menjelaskan obyekyang
tidak benar-benar dipahaminya
C. Tokoh-Tokoh Aliran Kognitif
Adapuntokoh-tokohalirankognitifyaitusebagaiberikut :
1. Teori Belajar Cognitive Developmental Dari Piaget
Dalam teorinya, Piaget
memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi
intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog
developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi
serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut
Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang
sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif,
melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak
yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Jean Piaget
mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi beberapa tahap yaitusebagaiberikut:
a. Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan
persepsi yang masih sederhana.
Crri-ciri tahap sensorimotor yaitu :
1) Didasarkan tindakan praktis.
2) Inteligensi bersifat aksi, bukan refleksi.
3) Menyangkut jarak yang pendek antara subjek dan objek.
4) Mengenai periode sensorimotor:
5) Umur hanyalah pendekatan. Periode-periode tergantung pd banyak faktor:
lingkungan sosial dan kematangan fisik.
6) Urutan periode tetap.
7) Perkembangan gradual dan merupakan proses yang kontinu.
b. Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya
symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan
pada kesan yang agak abstrak.
c. Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun.
Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang
jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual
pasif.
d. Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalahanak
sudah mampu berpikir abstrak dan logisdengan menggunakan pola pikir
“kemungkinan”.
Dalam pandangan Piaget,
proses adaptasi seseorang dengan lingkungannya terjadi secara simultan melalui
dua bentuk proses, asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan
baru yang diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
seseorang tersebut. Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur
kognitif yang telah dimiliki seseorang harus direkonstruksi / di kode ulang
disesuaikan dengan informasi yang baru diterima.
Dalam teori
perkembangan kognitif ini Piaget juga menekankan pentingnya penyeimbangan (equilibrasi)
agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus
menjaga stabilitas mentalnya.Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah
keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan
pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek seseorang
berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.
Belum ada tanggapan untuk "Teori Belajar Kognitivisme"
Posting Komentar