Segala bentuk konten dalam situs tokomakalah.com ini BERHAKCIPTA atau dilindungi oleh Undang-undang. jika anda ingin mendapatkan salah satu konten didalam situs ini, silahkan menghubungi kami. Informasi Selengkapnya, Klik download!
Silogisme
merupakan bagian yang paling akhir dari pembahasan logika formal, dan dianggap
sebagai bagian yang paling penting dalam ilmu logika.
Dilihat
dari segi bentuknya, silogisme adalah contoh yang paling tegas cara berpikir
deduktif, yakni mengambil kesimpulan khusus dari kesimpulan umum. Hanya saja
dalam teori silogisme, kesimpulan terdahulu hanya terdiri dari dua keputusan
saja, sedang salah satu keputusannya harus universal; dan dalam dua keputusan
tersebut harus ada unsur yang sama-sama dipunyai oleh kedua keputusannya.
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah yang maha esa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik,
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana, semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi
pembacanya.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran dari sebuah pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir, semoga Allah yang maha esa senantiasa meridhoi segala usaha kita
Amien.
Pamekasan,
31 maret 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar
Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................................ 1
C. Tujuan.................................................................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN 2
A. Pengertian
Silogisme 2
B. Pengertian
Silogisme Kategorik........................................................................ 2
C. Hukum-hukum
Silogisme Kategorik.............................................................. 4
D. Absah
dan Benar 7
E. Bentuk-bentuk
Silogisme Kategori................................................................... 8
BAB
III. PENUTUP 10
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR
PUSTAKA 11
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak
manusia dilahirkan pada dasarnya sudah sepantasnya untuk dilatih berpikir
dengan jelas, tajam, dan terang. Hal itu
supaya lebih tangkas dan kreatif. Hal yang sangat penting juga adalah belajar
membuat deduksi yang berani dengan salah satu cara untuk melahirkan silogisme.
Hal ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat konskuensi dari
suatu pendirian atau pernyataan yang apabila di tela’ah lebih lanjut,
sebenarnya pendirian atau pernyataan itu tadi self-destructive.
Hidup
bagi manusia berarti rangkaian keputusan yang tiada henti-hentinya. Adapun keputusan-keputusan tersebut merupakan
hasil dari silogisme, yaitu pengambilan kesimpulan dimana kita menarik dua
macam keputusan yang mengandung unsur bersamaan dan salah satunya harus
universal, suatu keputusan ketiga yang kebenarannya sama dengan kebenaran yang
ada pada kedua keputusan yang terdahulu itu.
Agar
silogisme menjadi jalan pikiran yang lurus sehingga mencapai kebenaran, maka
silogisme harus tunduk pada kebenaran ketentuan. Jikka silogisme telah
mengikuti aturan-aturan ini maka ia akan menghasilkan kebenaran logis atau
kebenaran formal. Sedangkan kebenaran objektif atau kebenaran material akan
tercapai jika premis-premisnya telah di buktikan kebenarannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari silogisme?
2. Apa
pengertian dari Silogisme Kategorik?
3. Bagaimana
hukum-hukum silogisme kategorik?
4. Apa
saja bentuk-bentuk dari silogisme kategorik?
C. Tujuan
v Untuk
mengetahui pengertian silogisme.
v Untuk
mengetahui pengertian silogisme kategorik.
v Untuk
mengetahui hukum-hukum silogisme kategorik.
v Untuk
mengetahui bentuk-bentuk silogisme kategorik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SILOGISME
Silogisme
merupakan bagian yang paling akhir dari pembahasan logika formal, dan dianggap
sebagai bagian yang paling penting dalam ilmu logika.
Dilihat
dari segi bentuknya, silogisme adalah contoh yang paling tegas cara berpikir
deduktif, yakni mengambil kesimpulan khusus dari kesimpulan umum. Hanya saja
dalam teori silogisme, kesimpulan terdahulu hanya terdiri dari dua keputusan
saja, sedang salah satu keputusannya harus universal; dan dalam dua keputusan
tersebut harus ada unsur yang sama-sama dipunyai oleh kedua keputusannya.
Jadi
tegasnya, yang dinamakan dengan silogisme adalah:” suatu pengambilan kesimpulan, dari dua macam keputusan (yang mengandung
unsur yang sama, dan salah satunya harus universal) suatu keputusan yang
ketiga, yang kebenarannya sama dengan
dua keputusan yang mendahuluinya”
Contoh:
1. Semua
mahasiswa UIM pamekasan rajin.
2. Ahmad
mahasiswa UIM pamekasan.
3. Ahmad
rajin.
Pada contoh di atas, kita melihat adanya
persamaan antara keputusan pertama dengan keputusan kedua, yakni “mahasiswa UIM pamekasan” dan salah
satu dari keduanya “universal”, (keputusan
pertama). Oleh karena itu, nilai kebenaran dari keputusan ketiga, sama dengan
nilai kebenaran dua keputusan sebelumnya.
B. PENGERTIAN SILOGISME
KATEGORIK
Silogisme
kategorik adalah silogisme dimana premis mayor dan premis minornya(keduanya)
merupakan keputusan kategoris.
Contoh:
Seperti yang telah
dicontohkan di muka, semuanya merupakan silogisme kategorik.
Penyimpulan
deduksi yang telah kita ketahui sekedarnya dapat kita laksanakan melalui
teknik-teknik, silogisme katagorik baik melalui bentuk standarnya maupun bukan
(entimem dan sorite), silogisme hipotetik, silogisme disjungtif maupun melalui
dilema.
Kalau
permasalahan Eduksi oleh sebagian ahli logika disebut penyimpulan langsung (immediate inference) maka silogisme
merupakan bentuk penyimpulan tidak langsung (mediate
inference). Dikatakan demikan karena dalam silogisme kita menyimpulkan
pengetahuan baru yang sebenarnya di ambil secara sintetis dari dua permasalahan
yang dihubungkan dengan cara tertentu, yang tidak terjadi dalam penyimpulan
melalui eduksi.
Aristoteles
membatasi silogisme sebagai argumen yang konklusinya diambil secara pasti dari
premis-premis yang menyatakan permasalahan yang berlainan. Proposisi sebagai
dasar kita mengambil kesimpulan bukanlah proposisi yang dapat kita nyatakan
dalam bentuk oposisi, melainkan proposisi mempunyai hubungan independen, Bukan sembarang hubungan independen melainkan
mempunyai term persamaan. Dua permasalahan dapat kita tarik dari padanya
konklusi manakala mempunyai term menghubungkan
keduanya. Tanpa term persamaan itu maka konklusi tidak dapat kita tarik.
Disamping
itu untuk dapat melahirkan konklusi harus ada pangkalan umum tempat kita
berpijak. Pangkalan umum ini kita hubungkan dengan permasalahan yang lebih
khusus melalui term yang ada pada keduanya, maka lahirlah konklusi. Ketentuan
ini berlaku tidak saja bagi silogisme kategorik, tetapi juga bentuk silogisme
yang lain.
Silogisme
kategorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan proposisi
kategorik. Demi lahirnya konklusi maka pangkal umum tempat kita berpijak harus
merupakan proposisi universal. Sedangkan pangkalan tidak berarti bahwa
proposisinya harus partikular atau singular, tetapi bisa juga proposisi
universal, tetapi ia diletakkan dibawah
aturan pangkalan umumnya. Tetapi juga bisa merupakan kenyataan yang lebih
khusus dari permasalahan umumnya. Dengan demikian satu pangkalan umum dan satu
pangkalan khusus dapat dihubungkan dengan berbagai cara, tetapi hubungan itu
harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya agar kita dapat mengambil konklusi
yang valid.
Bila pangkalan khususnya berupa proposisi
singular, prosedur penyimpulannya juga sama sehingga dari pernyataan:
Semua mahasiswa adalah terdidik.
Hasan adalah mahasiswa.
Maka kesimpulannya
adalah: Hasan adalah terdidik.
Proposisi yang menjadi pangkalan umum dan
pangkalan khusus disebut premis (mukaddimah), sedangkan proposisi yang
dihasilkan dari sintesis kedua premisnya disebut kesimpulan (konklusi) dan term
yang menghubungkan kedua premis disebut term penengah (middle term). Premis
yang termnya menjadi subyek pada konklusi disebut premis minor. Premis yang
termnya menjadi predikat pada konklusi disebut premis mayor. Dikatakan
demikian, karena predikat hampir selalu lebih luas daripada subyeknya.
Semua manusia akan mati.
Plato adalah manusia.
Plato akan mati.
Semua manusia akan mati adalah premis mayor,
plato adalah manusia adalah premis minor dan plato akan mati adalah konlusi,
sedangkan manusia adalah term penengah. Dalam contoh berikut unsur silogisme
akan lebih jelas:
Semua tanaman membutuhkan air (premis mayor)
M P
Akasia adalah
tanaman (premis
minor)
S M
Akasia membutuhkan
air (konklusi)
S P
Keterangan
S = Subyek; P= Predikat; M= Middle term;
Kode-kode serupa membantu kita dalam proses
menemukan kesimpulan. Langkah pertama tandailah lebih dahulu term-term yang
sama pada kedua premis, dengan memberi garis bawah kemudian kita tuliskan huruf
M. Term lain pada premis mayor pastilah P dan pada premis minor tentu S.
Kemudian tulislah konklusinya dengan menulis secara lengkap term S dan P nya.
Untuk menentukan mana premis mayor tidaklah sukar karena ia boleh dikatakan
selalu disebut pada awal bangunan silogisme. Term penengah (middle term) tidak boleh kita sebut atau
kita tulis dalam konklusi. Begitulah dasar dalam memperoleh konklusi. Namun
demikian kita perlu memperhatikan patokan-patokan lain agar didapat kesimpulan
yang absah dan benar.
C. HUKUM - HUKUM SILOGISME
KATEGORIK
Agar didapat kesimpulan yang benar, kita
harus memperhatikan patokan-patokan silogisme. Patokan itu adalah:
1. Apabila
dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua
yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian
makanan tidak menyehatkan, jadi
Sebagian
makanan tidak halal dimakan
(kesimpulan
tidak boleh: semua makanan tidak
halal dimakan)
Semua
cerita cabul tidak boleh untuk mendidik.
Sebagian
cerita jaka tarub adalah cabul, jadi
Sebagian
cerita jaka tarub tidak boleh untuk mendidik.
2. Apabila
salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua korupsi tidak di
senangi.
Sebagian pejabat adalah
korupsi, jadi
Sebagian pejabat tidak
disenangi.
(kesimpulan tidak boleh:
sebagian pejabat disenangi)
Semua mahasiswa terdidik.
Sebagian manusia tidak terdidik, jadi:
Sebagian manusia bukan mahasiswa
3. Dari
dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan.
Beberapa politikus tidak
jujur
Banyak cendekiawan adalah
politikus, jadi:
Banyak cendekiawan tidak
jujur.
Beberapa orang kaya kikir.
Beberapa pedagang adalah kaya.
Jadi: beberapa pedagang adalah kikir.
Kesimpulan yang diturunkan
dari premis partikular tidak pernah menghasilkan kebenaran yang pasti, oleh
karena itu kesimpulan seperti:
Sebagian besar pelaut dapat
menganyam tali secara baik
Hasan adalah pelaut, jadi:
Kemungkinan besar hasan
dapat menganyam tali secara baik,
Adalah tidak sah.
Sembilan puluh persen pedagang pasar johar jujur.
Kumar adalah pedagang besar johar, jadi:
Sembilan puluh persen kumar adalah jujur.
4. Dari
dua pesimis yang sama-sama negatif, tidak menghasilkan kesimpulan apapun,
karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan dapat diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif.
Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar.
....(tidak ada kesimpulan)
Tidak satupun drama yang baik mudah
dipertunjukkan.
Tidak satupun drama shakespeare mudah diperttunjukkan.
Jadi: semua drama shakespeare adalah baik.
(kesimpulan tidak sah)
5. Paling
tidak salah satu dari term penengah harus tertebar (mencakup).
Dari dua premis yang term
penengahnya tidak tertebar akan menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin.
Jadi: binatang ini adalah ikan.
(padahal bisa juga binatang melata)
Semua tanaman membutuhkan
air.
Manusia membutuhkan air.
Jadi: manusia adalah
tanaman.
6. Term
predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada
premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti:
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Jadi: kambing bukan
binatang.
(binatang pada konklusi
merupakan term negatif sedangkan pada premis adalah positif)
7. Term
penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila
term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan itu bersinar di
langit.
Januari adalah bulan.
Jadi: januari bersinar di
langit.
(bulan pada premis minor
adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis
mayor berarti planet yang mengelilingi bumi).
Orang yang berpenyakit menular harus diasingkan.
Orang
yang berpanu adalah berpenyakit menular.
Jadi:
orang yang berpanu harus diasingkan.
8. Silogisme
harus terdiri dari tiga term, yaitu term subyek, term predikat dan term middle. Apabila terdiri dari sebuah tema
tidak bisa diturunkan konklusi, begitu pula bila terdiri dari dua atau lebih
dari tiga term.
D. ABSAH DAN BENAR
Keabsahan
dan kebenaran dalam silogisme merupakan suatu satuan yang tidak bisa
dipisahkan, untuk mendapatkan konklusi yang sah dan benar. Hanya konklusi dari
premis yang benar dan prosedur yang sah konklusi itu dapat di akui.
Variasi-variasinya adalah sebagai berikut:
1.
Prosedur valid, premis salah dan konklusi benar.
Semua yang baik itu haram. (salah)
Semua yang yang memabukkan
itu baik. (salah)
Jadi: semua yang memabukkan
itu haram. (benar)
Semua bunga berbau harum (salah)
Semua minyak wangi adalah
bunga (salah)
Jadi: semua minyak wangi
berbau harum (benar)
2. Prosedur
invalid (tak sah) premis benar konklusi salah.
Plato adalah filosof. (benar)
Aristoteles bukan plato (benar)
Jadi: aristoteles bukan
filosof (salah)
Semua ikan berdarah dingin (benar)
Reptil bukan ikan. (benar)
Jadi: reptil tidak berdarah
dingin. (salah)
3. Prosedur
invalid, premis salah konklusi benar.
Sebagian politikus adalah
tetumbuhan. (salah)
Sebagian manusia adalah
tetumbuhan. (salah)
Jadi: sebagian manusia
adalah politikus. (benar)
Sebagian besi bernyawa. (salah)
Sebagian logam bernyawa. (salah)
Jadi: sebagian logam adalah besi. (benar)
4. Prosedur
valid premis salah dan konklusi salah.
Semua yang keras tidak
berguna. (salah)
Adonan roti adalah keras. (salah)
Jadi: adonan roti tidak berguna. (salah)
E. BENTUK - BENTUK SILOGISME
Sekarang marilah kita bicarakan bentuk-bentuk
silogisme. Bentuk silogisme dibedakan atas letak medium (term penengah = middle term) dalam premis. Ada 4 macam
bentuk silogisme, yaitu :
·
Figur I:
Medium
menjadi subyek pada premis mayor dan menjadi predikat premis pada premis minor.
Semua
yang dilarang tuhan mengandung bahaya.
Mencuri adalah dilarang tuhan.
Jadi: mencuri adalah
mengandung bahaya.
·
Figur II:
Medium menjadi predikat baik
pada premis mayor maupun premis minor.
Semua tetumbuhan membutuhkan
air.
Tidak satupun benda mati membutuhkan air.
Jadi: tidak satupun benda mati adalah tumbuhan.
·
Figur III:
Medium menjadi subyek pada
premis mayor maupun premis minor.
Semua politikus
adalah pandai berbicara.
Beberapa politikus adalah sarjana.
Jadi: sebagian sarjana adalah pandai berbicara.
·
Figur IV:
Medium menjadi predikat pada
premis mayor dan menjadi subyek pada premis minor.
Semua pendidik adalah manusia.
Semua manusia akan mati.
Jadi: sebagian yang akan mati adalah pendidik.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas dapat kita ketahui bahwa silogisme kategorik, memiliki
berbagai patokan-patokan hukum sebagai pembatas dalam menyimpulkan premis-premis yang ada dalam silogisme tersebut.
Apabila dalam penyusunan silogisme hal-hal tersebut dilanggar, maka akan
terjadi kerancuan dalam bentuk silogisme terebutyang akhirnya tidak ditemukan
keterkaitan antara kesimpulan dan premis-premisnya.
Dan
dalam proses pengambilan silogisme ini perlu memahami ketentuan atau patokan
yang harus kita miliki yang disebut dengan hukum-hukum silogisme, sebagai
sarana mempermudah dalam menyimpulkan premis satu dan dua. Begitu juga dalam
bentuk-bentuknya.
B. SARAN
Sekian
makalah yang dapat kami susun, semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan
keilmuan kita dan penulis sangat berharap kritik yang bersifat membangun dalam
penyempurnaan makalah ini dan tentunya untuk perkembangan pengetahuan kami.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Mundiri.
Logika. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2014.
Ø Dahri
Tiam, Sunardji. Langkah-Langkah Berpikir
Logis. STAIN Pamekasan Press, 2006.
Belum ada tanggapan untuk "Makalah tentang Silogisme Kategorik serta Hukum dan Bentuk Silogisme Kategorik"
Posting Komentar