Segala bentuk konten dalam situs tokomakalah.com ini BERHAKCIPTA atau dilindungi oleh Undang-undang. jika anda ingin mendapatkan salah satu konten didalam situs ini, silahkan menghubungi kami. Informasi Selengkapnya, Klik download!
bAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berbicara tentang
Tasawuf, maka yang ada adalah pembahasan yang berkaitan dengan ketuhanan. Namun
sebelum melanjutkan pembahasan perlu kita ketahui bahwa Tasawuf itu sendiri
memiliki beberapa aliran, seperti tasawuf Akhlaqi,
tasawuf Sunni dan tasawuf Falsafi.
Ada pula yang membagi tasawuf kedalam tasawuf 'Amali, tasawuf
Falsafi dan tasawuf ‘Ilmi.
Berbagai macam ajaran
filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya. Berangkat dari tasawuf falsafi,
maka kita tidak akan lepas dari ide dasarnya yaitu Pantheisme, dan Pantheisme
itu sendiri berasal dari kata yunani, yaitu “pan” yang berarti semua dan
“theos” yang berarti Tuhan. Jadi pantheisme adalah paham yang menganggap Tuhan adalah immanen “ada di dalam” makhluk-makhluk.
Dengan kata lain Tuhan dan alam adalah sama.
Kaum sufi falsafi
menganggap bahwasanya tiada sesuatupun yang wujud kecuali Allah, sehingga
manusia dan alam semesta, semuanya adalah Allah. Mereka tidak menganggap
bahwasanya Allah itu zat yang Esa, yang bersemayam diatas Arsy. Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya Tuhan dengan
makhluknya, setidaknya terdapat beberapa tema yang telah masyhur yaitu ; hulul, wadah al-wujud dan ijtihad.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang diatas maka kami rumuskan makalah ini berbatas pada :
1.
Apa
pengertian dari tasawwuf falsafi ?
2.
Bagaimana
konsep tasawwuf falsafiitu ?
3.
Siapakah
tokoh – tokoh tasawwuf falsafi dan bagaimanapemikiranya ?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui apa pengertian tasawwuf falsafi
2.
Untuk mengetahui
bagaimanakah konsep tasawwuf itu
3. Untuk mengetahui siapa sajakah tokoh – tokoh
tasawwuf falsafi dan bagaimanakah pemikiranya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
1. Tasawuf
Kata
tasawwuf Secara etimologi berasal dari bahasa arab“tassawafa-yatasawwafu-tasawwufan” yang artinya menjadi atau
berpindah. secara terminology tasawwuf adalah suatu ilmu yang dengannya
diketahui hal ikhwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkan diri yang
buruk dan mengisinya dengan sifat – sifat yang terpuji.
Tasawwuf
juga bisa diartikan membersihkan hati dari apa yang mengganggu makhluk,
berjuang meninggalkan pengaruh budi yang asal kita memadamkan sifat – sifat
yang merupakan kelemahan kita, menjauhkan diri dari seruan hawa nafsu,
mendekati sifat – sifat kerohanian
2. Filsafat
Kata filsafatbarasal dari bahasa yunani yaitu dari
kata philo yang berarti cinta, dan
kata sophos yang berarti ilmu atau
hikmah.Secara istilah menurut hasbullah bakri
filsafat adalah ilmu yang meneliti secara mendalam tentang ketuhanan, manusia
dan alam semesta untuk menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana alam dapat
dicapai sejauh pikiran manusia dan bagaimana prilaku manusia seharusnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
Dari
pengertian diatas dapat kita simpulkan secara sederhana tasawwuf falsafi adalah
kajian dan jalan esoteric dalam islam
untuk mengembangkan kesucian batin yang kaya dengan pandangan pandangan
filosofis.
Konsep Tasawwuf Falsafi
Tasawwuf
falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawwuf yang mengenal tuhan(ma’rifat) dengan pendekatan rasio(filsafat) hingga menuju ketempat
yang lebih tinggi bukan hanya mengenal tuhan saja (ma’rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud(kesatuan wujud).
Di
dalam tasawuf filsafi metode pendekatannya sangat berbeda dengan tasawuf sunni atau tasawuf salafi. Tasawuf sunni dan
salafi lebih menonjol kepada segi
praktis, sedangkan tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoretis sehingga dalam
konsep-konsep tasawuf falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan
pendekatan-pendekatan filosof yang sulit di aplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari khususnya bagi orang awam.
Menurut
at-Taftazani, tasawuf falsafi mulai muncul dengan jelas dalam khazanah islam
sejak abad ke-6 H, meskipun para tokohnya baru dikenal se-abad kemudian. Sejak
itu, tasawuf ini terus hidup dan berkembang, terutama di kalangan para sufi
yang juga filosof sampai menjelang akhir-akhir ini.
Ciri
umunm Tasawuf Falsafi adalah ajaran samar-samar akibat banyaknya istilah khusus
yang hanya dapat dipahami oleh siapa saja yang memahami ajaran tasawuf jenis
ini.Tasawuf falsafi tidak dapat dipandang sebagai filsafat karena ajarannya dan
metodenya didasarkan pada rasa (dzauq)
tetapi tidak dapat pula dikategorikan sebagai tasawuf dalam pengertiannya yang
murni, karena ajarannya sering di ungkapkan dalam bahasa filsafat dan lebih
berorientasi pada panteisme.
Menurut
Ibnu Khaldun, ada empat objek utama yang menjadi perhatian para sufi filosof,
antara lain sebagai berikut :
·
Pertama,
latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta instrospeksi diri yang timbul darinya.
·
Kedua,
iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam goib, seperti sifat-sifat rabbani, arsy, malaikat, wahyu,
kenabian, roh.
·
Ketiga,
peristiwa dalam yang berpengaru terhadap berbagai bentuk keramatan atau
keluarbiasaan.
·
Keempat,
menciptakan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar yang
dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa menginkarinya dan
menyetujuinya.
B. Tokoh
– Tokoh Tasawwuf Falsafi dan Pemikiranya.
Dalam
beberapa segi, para sufi filosof melebihi sufi sunni. Hal ini desebabkan karena mereka adalah para filosof yang
baik tentang wujud, sebagaimana yang terlihat dalam karya – karya atau puisi
mereka. Selain itu kelihaian mereka menggunakan simbol – simbol , sehingga
ajaranya tidak begitu saja dapat dipahami orang lain di luar mereka.
Diantara
tokoh – tokoh tasawuf filsafi adalah :
1.
Ibnu
‘Arabi
a) Riwayat
hidup Ibnu al-Arabi
Ibnu al-Arabi mempunyai
nama lengkap Muhyiddin Ibnu Alarabi ini lahir di Murcia, Spanyol tepatnya pada
tahun 1165 M. Ayahnya adalah seorang pegawai pemerintah pada masa kepemipinan
Muhammad ibn Sa’id Mardanish. Dia memiliki keluarga yang terhormat, karena
pamannya (dari pihak ibu) adalah penguasa Tlemcem, Algeria. Ketika dinasti
Almohad (Al-Muwahidin) menyerbu Murcia pada tahun 567 H/ 1172 M, keluarganya
pindah ke Seville, di sana ayahnya kembali bekerja sebagai pegawai pemerintah
dan Ibnu Arabi sendiri memulai karirnya sebagai sekretaris gubernur, serta
disana beliau juga melanjutkan studinya. Setelah beberapa lama, untuk pertama
kalinya beliau meniggalkan Spanyol dan pergi menuju ke Tunis, pada tahun 590
H/1193 M. Disanalah beliau mulai mendalami tentang sufi hingga pada ahirnya
seorang arif mengajarkan kepada Beliau agar pergi ke Timur untuk melakukan
ibadah haji. Pada tahun 599 H/ 1202 M Ibnu Arabi pergi ke Mekkah untuk
melaksanakan ibadah haji, dan dari sanalah beliau mulai melakukan perjalanan ke
pusat wilayah islam, seperti Iraq, Mesir, Syria dan Turki. Hingga akhirnya
beliau tiba di Damaskus dan menetap di sana bersama beberapa muridnya, dan Ibnu
Arabi sering memanfaatkan waktunya untuk belajar, menulis dan mengajar.
Sehingga beliau meniggal, pada tahun 1240 M.
Selain terkenal sebagai
seorang ulama sufi yang masyhur, beliau juga dikenal sebagai seorang penulis
yang produktif, jumlah buku yang telah dikarangnya menurut perhitungan
sejarahwan mencapai lebih dari 200 buku, di antaranya ada yang berupa 10
halaman, tetapi ada pula yng berupa ensiklopedia tentang sufisme seperti
Futuhah al-Makkah.
b) Konsep
sufi menurut Ibn al-Arabi
Ibnu Arabi merupakan
salah satu dari tokoh-tokoh tasawuf falsafi yang terkenal, beliau mempunyai
pandangan atau konsep tersendiri mengenai sufi, beliau menyatakan sebuah paham
yang berbunyi bahwa antara manusia dan Tuhan pada hakikatnya adalah satu
kesatuan wujud, yang mana pada akhirnya paham inilah yang akan menjadi sentral
ajaran dari Ibnu Arabi, yang kemudian akan sering dikenal dengan istilah Wahdatul wujud.
Wahdat
al-wujud adalah istilah yang terdiri dari dua
kata, yaitu wahdat dan al-wujud . Wahdat artinya sendiri, tunggal, dan
kesatuan, sedangkan al-wujud artinya ada.
Dengan demikian wahdat
al-wujud mempunyai arti kesatuan wujud. Kata wahdat selanjutnya digunakan untuk
arti yang bermacam-macam. Sebagian ulama’
terdahulu mengartikan wahdat sebagai
sesuatu yang zatnya tidak dapat dibagi lagi. Selain itu kata wahdat menurut
ahli filasafat dan sufistik sebagai suatu kesatuan antara roh dengan materinya,
substansi (hakikat) dan formal (bentuk), antara yang lahir dan yang bathin.
Adapun pemahaman yang digunakan oleh para sufi selanjutnya mengenai wahdat al-wujud yaitu sebagaimana yang
telah disebutkan di atas bahwa antara manusia dan Tuhan pada hakikatnya
memiliki satu kesatuan wujud.
Menurut Ibnu Arabi,
wujud yang ada semua ini hanyalah satu dan pada hakikatnya wujud makhluk adalah
wujud khalik juga, tidak ada perbedaan antara keduanya (makhluk dan khalik)
jika dilihat dari segi hakikat. Paham ini merujuk kepada timbulnya paham yang
menyatakan bahwa antar makhluk (manusia) dan al-haqq (Tuhan) sebenarnya satu kesatuan dari wujud tuhan. Dan yang
sebenarnya ada adalah wujud Tuhan itu, sedangkan wujud makhluk hanyalah
bayangan dari khaliq. Landasan paham ini dibangun berdasarkan pemikiran bahwa
Allah SWT sebagai yang diterangkan dalam al-hulul
yang berarti yaitu suatu paham yang menyatakan bahwa Tuhan dapat mengambil
tempat pada diri manusia. Bahwasannya di dalam alam dan diri manusia terdapat
sifat-sifat tuhan, dan dari sinilah timbul paham kesatuan. Paham wahdat al-wujud ini juga mengatakan
bahwa yang ada di dalam alam ini pada dasarnya satu, yaitu satu keberadaan yang
hakiki yang hanya dimiliki oleh Allah SWT.
2.
Al-jili
a)
Riwayat hidup Al-jili
Nama lengkapnya ialah
’Abd al-Karim ibn Ibrahim ibn ’Abd al-Karim ibn Khalifah ibn Ahmad ibn Mahmud
Al-Jili. Ia mendapatkan gelar kehormatan ”syaikh” yang biasa dipakai di awal
namanya. Selain itu, ia juga mendapat gelar ”Quthb al-Din” (kutub/poros agama),
suatu gelar tertinggi dalam hirarki sufi. Namanya dinisbatkan dengan Al-Jili
karena ia berasal dari Jilan. Akan tetapi, Goldziher mengatakan, penisbatan itu
bukan pada Jilan, tetapi pada nama sebuah desa di distrik Bagdad ”jil”.
Ia lahir pada awal
Muharam (767 H/1365-6 M) di kota Bagdad, menurut pengakuannya sendiri ia adalah
keturunan Syeikh ‘Abd al-Qadir al-Jilani (470-561 H), yakni turunan dari cucu
perempuan Syeikh tersebut. Sedangkan ‘Abd al-Qadir al-Jilani berdomisili di
Bagdad sejak tahun 478 H sampai akhir hayatnya, tahun 561 H. Dan diduga
keturunannya juga berdomisili di Bagdad, termasuk kedua orangtua al-Jilli.
Namun setelah ada penyerbuan militerstik bangsa Mongol ke Bagdad yang dipimpin
Timur Lenk, keluarga al-Jilli berimigran ke kota Yaman (kota Zabid). Di kota
inilah al-Jilli mendapatkan pendidikan yang memadai sejak dini. Dalam catatannya,
ia menyebutkan bahwa pada tahun 779 H ia pernah mengikuti pelajaran dari Syeikh
Syaraf al-Din Ismail ibn Ibrahim al-Jabarti ( 806 H), dan salah satu teman
seangkatan adalah Syihab al-Din Ahmad al-Rabbad ( 821 H).
Pada akhir tahun 799 H
ia berkunjung ke Mekkah dalam rangka menunaikan ibadah haji, namun dalam
kesempatan ini ia sempat pula melakukan tukar pikiran dengan orang disana. Hal
ini menandakan bahwa kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan melebihi
kecintaannya terhadap hal-hal lain. Empat tahun kemudian, yakni tahun 803 H
Al-Jili berkunjung ke kota Kairo. Dan disana ia sempat belajar di Univeritas
al-Azhar, dan bertemu banyak para teolog, filusuf, dan sufi. Di kota inilah ia
menyelesaikan penulisan bukunya yang berjudul, Ghunyah Arbab al-Sama’ wa Kasyf
al-Qina’ an Wujud al-Istima.
b)
Konsep sufi menurut
Al-jili
Al-Jili merupakan salah satu dari tokoh-tokoh
tasawuf falsafi yang terkenal, beliau mempunyai pandangan atau konsep
tersendiri mengenai sufi, beliau menyatakan paham yang disebut Hakikat Insan Kamil.
Insan kamil berasal dari bahasa arab, yaitu
dari dua kata insan dan kamil. Secara
harfiah, insan berarti manusia, dan kamil berarti yang sempurna. Dengan
demikian, insan kamil berarti manusia yang sempurna. menurutnya insan kamil
adalah nuskhah atau copian
tuhan, seperti disebutkan dalam hadis yang Artinya : “Allah menciptakan Adam dalam bentuk yang Maha Rahman.” Tuhan
memiliki sifat-sifat, seprti hidup, pandai, mampu berkehendak, mendengar, dan
sebagainya. Manusia (Adam) juga memiliki sifat-sifat seperti itu.
Insan kamil Artinya adalah manusia sempurna,
berasal dari kata al-insan yang
berarti manusia dan al-kamil yang
berarti sempurna. Konsepsi filosofi ini pertama kali muncul dari gagasan tokoh
sufi Ibnu Arabi. Oleh Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jili pengikutnya, gagasan ini
dikembangkan menjadi bagian dari renungan mistis yang bercorak tasawuf
filosofis. Dan secara etimologi kata ‘Insan Kamil’
berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kalimat; al-insan dan al-kamil. Kata insan, dipandang berasal dari turunan
beberapa kata. Misalnya saja uns, yang artinya cinta. Dan ada yang memandang
berasal dari turunan kata nas, yang
artinya pelupa, karena manusia sendiri secara historis berasal dari suatu lupa
dan akan berakhir dengan lupa.Ada juga yang berpendapat bahwa itu berasal dari
‘ain san, yang artinya ‘seperti
mata’. Namun dalam artian umum biasanya berarti manusia. Kata kedua, kamil,
yang artinya adalah ‘sempurna’, yang menurut Murtadla Muthahhari kata ini
sangat tepat sekali digunakan oleh al-Jilli, karena selain kata ini ada juga
kata yang mirip artinya tetapi sangat berbeda maknanya, yaitu tamam (lengkap).
Kekuatan kata kamil (sempurna), menurutnya, melebihi kata tamam (lengkap).
Karena kamil menunjukan sesuatu yang mungkin saja lengkap, namun masih ada
kelengkapan lain yang lebih tinggi satu atau beberapa tingkat, dan itu lah yang
disebut kamil (sempurna).
Menurutnya, manusia
dapat mencapai kesempurnaan insaniyahnya melalui latihan rohani dan pendakian
mistik. Latihan ini diawali dengan kontemplasi tentang nama dan sifat-sifat
Allah. Kemudian masuk kedalam suasana sifat-sifat Tuhan dimana ia mulai
melangkah menjadi bagian dari sifat-sifat tersebut dan beroleh kekuasaan yang
luar biasa. Berikutnya, ia melintasi daerah nama serta sifat Tuhan, masuk
kedalam hakekat mutlak menjadi “manusia tuhan” atau insan kamil. Ketika itulah,
matanya akan menjadi mata Tuhan, kata-katanya adalah kata-kata Tuhan, dan
hidupnya menjadi hidup Tuhan. Kesemuanya ini didasarkan pada asumsi bahwa
segenap wujud hanya mempunyai satu realitas, esensi murni yaitu Wujud Mutlak
yang tak tergambarkan dan tergapai hakikatnya oleh segala pemikiran manusia
yang fana.
Al-
Jili dengan filsafat insan kamilnya merumuskan beberapa makam yang harus
dilalui seorang sufi, yang menurut istilahnnya ia sebut al-martabah (jenjang
atau tingkat). Tingkat – tingkat itu adalah :
1)
Islam
: maqam ini didasarkan pada lima pokok ajaran islam yang dipahami dan dirasakan
lebih dalam
2)
Iman
: maqam ini membenarkan dengan sepenuh keyakinan dan melaksanakan dasar – dasar
islam.
3)
Ash-shalah
: maqam ini ialah sufi yang mencapai tingkat ibadah secara terus-menerus dengan
perasaan khauf dam raja’
4)
Ihsan
:maqam ini ialah seorang sufi mencapai tingkat menyaksikan(autsar) artinya ia
merasa seakan-akan berada dihadapanya.
5)
Syahadah
: maqam ini ialah bagaimana seorang sufi mencapai iradah yang bercirikan
mahabbah kepada tuhan sehingga ibadahnya tidak ada kata pamrih.
6)
Shiddiqiah
: maqam ini ialah menggambarkan tingkat pencapian hakikat yang ma’rifat.
7)
Qurban
: maqam ini ialah memungkinkan seorang dapat menampakan diri dalam sifat dan
nama uang mendekati sifat dan nama tuhan .
3.
Ibnu
Sab'in
a)
Riwayat
hidup Ibnu Sab’in
Nama lengkap Ibnu
Sab'in adalah Abdul Haq bin Ibrahim Muhammad bin Nashr, seorang sufi juga
seorang filosof dari Andalusia. Ia dilahirkan tahun 614 H.(1217-1218 M.) di
kawasan Murcia. Dia
mempelajari arab dan sastra, dia juga mempelajari ilmu agama dari mazhab
maliki, ilmu-ilmu logika, dan filsafat. Ibnu sabi’in tumbuh dewasa dalam
keluarga bangsawan, hidupnya dalam suasana penuh kemuliaan dan berkucukupan,
tetapi beliau menjauhi kesenangan hidup dan kemewahan duniawi, lalu hidup
sebagai asketis maupun sufi yang mempunyai banyak murid.
Ibnu
sab’in meninggalkan karya yang menguraikan tasawufnya secara teoritis maupun
praktis, sebagian karyanya hilang dan sebagian risalahnya telah disunting
Abdurrahman badawi dengan judul rasa’il ibn sabi’in(1965 M) dan juga masih
banyak karya lainya yang telah disunting oleh pengarang-pengarang lainya.
Dari
situ dapat terlihat jelas dari karyanya beliau tampak berpengetahuan yang
sangatlah luas dan beraneka. Dia mengenal berbagai aliran filsafat yunani dan
filsafat-filsafat hermetitisme, filosof islam dari dunia islam bagian timur,
seperti alfarobi dan ibn sina dan filosof bagian barat seperti ibn bajah, ibn
tufail, dan ibn rusyd. Dan dia menguasai kangungan risalah-risalah ikhwanul ashafa, dan secara rinci
mengetahui aliran teologi, khususnya aliran syi’ariyah.
b)
Konsep
sufi menurut Ibnu Sab’in
Ibn
sab’in menggagas sebuah paham dalam tasawuf filosofis, yang dikenal dengan
paham kesatuan mutlak, gagasan esensialnya sederhana yaitu wujud adalah yang
satu itu sendiri.
Paham
ioni lebih dikenal dengan sebutan paham kesatuan mutlak atau kesatuan murni.
Menurut ibn sab’in dia menempatkan tuhan pada posisi pertama, sebab wujud allah
menurutnya adalah asal segala wujud materi yang tampak justru dia rujukan pada
wujud mutlak yang rohiniah. Dengan demikian paham ini menafsirkan wujud
vercorak spiritual dan bukan material.
Dia
juga mengambil rujukan dari al-Qur’an, yang diinterpretasikan secara filosofis
ataupun khusus. Misalnya firman allah “dia itulah yang awal dan yang akhrir,
yang dzahir dan yang batin”. (QS al-Hadid[57]: 3) dan firmanya, “tiap-tiap
sesuatu pasti binasa, kecuali allah” (QS ali imran[3]:185). Namun ibn taimiyah
menolak dan mengecam keras pendapat ibn sab’in tentang kesatuan mutlak, yang
menjelaskan bahwa interpretasi ibn sab’in terhadap nash-nash agama tidaklah
benar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
tasawwuf
falsafi adalah kajian dan jalan esoteric
dalam islam untuk mengembangkan kesucian batin yang kaya dengan pandangan
pandangan filosofis.
Menurut
Ibnu Khaldun, ada empat objek utama yang menjadi perhatian para sufi filosof,
antara lain sebagai berikut.
·
Pertama,
latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta instrupeksi diri yang timbul darinya
·
Kedua,
iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam goib, seperti sifat-sifat rabbani, arsy, malaikat, wahyu, kenabian, roh.
·
Ketiga,
peristiwa dalam yang berpengaru terhadap berbagai bentuk keramatan atau
keluarbiasaan.
·
Keempat,
menciptakan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar yang
dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa menginkarinya dan
menyetujuinya.
Tokoh
– tokoh yang sangat terkenal dalam tasawuf falsafi adalah :
·
Ibn
‘arabi yang terkanal dengan
ajaranya “wahdatul wujud”
·
Al
– Jili yang terkenal dengan ajaranya “insan kamil”
·
Ibn
sab’in yang terkenal dengan ajaranya “ kesatuan
mutlak”
B.
Kritik
dan Saran
Kami yakin dalam
penulisan makalah ini banyak sekali kekurangannya. Untuk itu kami mohon kepada
para pembaca agar dapat memberikan saran, kritikan, atau mungkin komentarnya
demi kelancaran tugas ini dimasa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs. H. A. Mustofa. 2014. Akhlak Tasawwuf,Bandung : Pustaka Setia.
Mukhlis sholihin, Moh. 2009. Ilmu
Akhlak dan Tasawwuf, Pamekasan : STAIN
pamekasan pers.
Prof. Dr. Abd.Rahman assegaf. 2014. Filsafat
pendidikan islam, Jakarta :
rajawali pers.
Mukhlis sholihin, Moh. 2014.
Akhlak dan Tasawwuf, Surabaya : Pena Salsabila
Drs. H. Ahmad Bangun Nasution dan Dra.HJ. Rayani Hanum Siregar. 2015
Akhlak Tasawuf, Jakarta : Rajawali Pers.
ilyasin, M.10 pengertian menurut para ahli beserta macamnya diambil dari
:
http://www.gurupendidikan.com/10-pengertian-menurut-para-ahli/(10 agustus
2010)
syech
Muhammad amin al-qurdi, dalam buku Drs. H.
A. Mustofa, Akhlak Tasawwuf ( Bandung : Pustaka
Setia,2014), Hlm. 201.
Prof. Dr. Abd. Rahman assegaf,Filsafat pendidikan islam (Jakarta : rajawali pers, 2014) Hlm. 125.
M. ilyasin,“10pengertianmenurut para ahli beserta macamnya” dalam http://www.gurupendidikan.com/. Diunduh tanggal 10 agustus 2010
Moh..Mukhlis sholihin,Akhlak dan Tasawwuf( Surabaya : Pena Salsabila,2014), hlm. 45.
Drs. H. Ahmad Bangun Nasution , Dra. HJ. Rayani Hanum
Siregar,Akhlak Tasawuf, (Jakarta :
Rajawali Pers, 2015 ), Hlm. 33.
Belum ada tanggapan untuk "Tasawuf falsafi makalah lengkap"
Posting Komentar