Segala bentuk konten dalam situs tokomakalah.com ini BERHAKCIPTA atau dilindungi oleh Undang-undang. jika anda ingin mendapatkan salah satu konten didalam situs ini, silahkan menghubungi kami. Informasi Selengkapnya, Klik download!
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang
Supervisi mengandung pengertian yang luas. Setiap kegiatan atau pekerjaan yang
dilakukan di sekolah atau kantor-kantor memerlukan adannya supervisi agar
sebuah pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh guru-guru
maupun para kepala sekolah dan pegawai, karyawan, dan atau staf sekolah,
mengacu kepada beberapa uraian tentang supervisi pendidikan,
dapat dijelaskan bawa supervsi di dalam dunia pendidikan dibedakan menjadi dua macam,
yaitu supervise umum dan pengajaran. Disamping kedua jenis tersebut,
dikenal juga ada istilah supervisi klinis, pengawasan melekat dan pengawasan fungsional.
Betapa pentingnya supervisor memahami jenis dan model-model supervisi pendidikan sebagai bekal pengetahuan
(knowlage) dan keterampilan (skill) untuk menjalankan tugas, fungsi , dan tanggung jawabnya sebagai
supervisor pendidikan yang profesional.
Untuk itu, uraian-uraian tentang jenis dan model supervise dalam bab ini diharapkan paling Tidak dapat mengantarkan wawasan pengetahuan supervisor
dan dapat mengilhami keterampilan supervisor dalam menjalankan kegiatan supervisi di
sekolah dengan sebaik-baiknya
B.
RumusanMasalah
1.
ApaModel Konvensional ?
2.
ApaModel SupervisiArtistik ?
3.
ApaModel SupervisiIlmiah ?
4.
ApaModel SupervisiKlinis ?
C.
Tujuan
Berdasarkanrumusanmasalah yang
adamakamakalahinimemilikitujuanantaralain :
1.
UntukMengetahui Model
Konvensional
2.
UntukMengetahuiModel
SupervisiArtistik
3.
UntukMengetahuiModel
SupervisiIlmiah
4.
UntukMengetahuiModel
SupervisiKlinis
BAB II
PEMBAHASAN
1. Model Konvensional(Tradisonal)
Model
supervisi konvensional adalah model yang diterapkan pada wilayah yang
tradisi dan kultur masyarakatnya otoriter dan feodal.
Pada wilayah ini cenderung melahirkan penguasa yang otokrat dan korektif. Seorang
supervisor dipahami sebagai orang yang memiliki power untuk menentukan nasib
guru. Karenanya, dalam perspektif behavior, seorang yang menerapkan model
ini selalu menampakkan prilaku atau aksi supervisi dalam bentuk inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan bahkan bisa sering
kali memata-matai objek, yaitu guru. Prilaku memata-matai ini disebut istilah snoopervision atau juga sering disebut sebagai supervisi korektif.
Bila diamati lebih mendalam, praktek supervisi
konvensional bersifat kontradiktif dengan makna dan tujuan supervisi, yaitu
membimbing kepala sekolah dan guru guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan
profesional mereka dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pempinan dan
pendidik di sekolah.
Memata-matai dan mencari kesalahan dalam konteks
membimbing guru cenderung guru cenderung melahirkan implikasi negatif terhadap
perilaku guru itu sendiri. Wajar jika kemudian para guru merasa tidak puas,
takut, menjauh, tidak akarab, antipati, acuh-ta’ acuh, benci, bahkan menentang
(agresif), dan malas berjumpa dengan supervisor di sekolahnya.
Perasaan-perasaan guru yang demikian ini akan memunculkan image yang kurang baik bagi supervisor itu sendiri.
Padahal kepala sekolah, guru, dan supervisor adalah partner dalam memajukan
pendidikan.
Apa yang sesungguhnyadiharapkan dariseorang supervisor seperti
yang seharusnyadinyatakanolehWillesdanNgalimpurwanto ( 2007 ), yaituseorang
supervisor berurusandenganpersiapankepemimpinan yang efektif. Untukmelaksanakandanmengembangkanperasaansensitivitasnyaterhadapperasaan-perasaan
orang lain ( kepalasekolah, guru, stafsekolahdanparapesertadidik ),
untukmemperluasketetapannyatentanganggapannyaterhadapkelompokmengenaihal-hal
yang penting agar selanjutnyalebihdapatmelaksanakanhubungan-hubungankerjasama
yang kooperatif, untukberusahamencapaitujuan –tujuan yang lebihtinggibagidirinyasendiri,
danuntuklebihseringberhubungandenganmereka di dalamkelompok yang
bekerjadengannya.
Untukitu, model
supervisikonvensionaldalamsupervisipendidikan di era
reformasisepertisekaranginiseharusnyatidakdipakailagioleh supervisor. Model
supervisiinisebaiknyaditinggalkandantidakdipaksakanuntukditerapkan supervisor
dalammelaksanakantugas, fungsi, dantanggungjawabnya. Karenanya,
supervisor saatini da kedepansemakinberat. Tugas yang
semakinberat inimustahilbisadikerjakantanpakolaborasi,
menjalinkerjasamadanberhubungansecaraharmonis, danber-partner
denganpihak-pihakterkaitsepertikepalasekolah, guru, stafsekolah, pesertadidik,
dansemuaunsurpimpinan disekolah.
2. Model
SupervisiArtistik
Mengajaradalahsuatupengetahuan
(knowledge).Mengajarmerupakansuatuketerampilan (skill),
tetapijugasuatuseni (art).Sejalandengantugasmengajardanmendidik,
supervise jugapengajardanpendidik yang kegiatannyamemerlukanpengetahuan,
keterampilan, danseni. Jadi, model supervisi artistic yang
dimaksudkandisiniadalahketika supervisor melakukankegiatansupervisi yang
dituntutberpengetahuan, berketerampilan,
dantidakkakukarenadalamkegiatansupervisijugamengandungnilaiseni (art).
Model
supervisiartistikmendasarkandiripadabekerjauntuk orang lain (working for the
others), bekerjadengan orang lain (working with the others),
danbekerjamelalui orang lain (working through the others)Dalamhubunganbekerjadengan
orang lain makasuaturantaihubungankemanusiaanadalahunsurutama.
Hubunganmanusiadapatterciptabilaadakerelaanuntukmenerima orang lainsebagaimanaadannya.
Hubunganitudapatterciptabilaada unsure kepercayaan, salingpercaya,
salingmengerti, salingmenghormati, salingmengakui,
salingmenerimaseseorangsebagaimanaadannya.Hubungantampakmalaluipengungkapanbahasa,
yaitu supervise lebihbanyakmenggunakanbahasamenerimaketimbangbahasapenolakan
(Thomas Gordon, 1995). Supervisor yang mengembangkan model artistic
akanmenampakdirinnyadalamrelasidengan guru-guru yang
dibimbingsedemikianbaiknyasehinggapara guru merasaditerima. Adannyaperasaanamandandoronganpositifuntukberusahamaju.Sikapsepertimaubelajarmendengarkanperasaan
orang lain, mengerti orang lain denganproblema-problema yang dikemukakan,
menerima orang lain sebagaimanaadannya, sehingga orang
dapatmenjadidirinnyasendiri. Itulahsupervisiartistik.Dalambukunyasupervision
of teaching, sergiovanniTh.j. menyamakanbeberapa cirri yang khastentang
model supervisi yang artistic, antaralain;
a) Memerlukan
perhatian khusus agar lebih banyak mendengarkan dari pada banyak berbicara.
b) Memerlukan
tingkat perhatian yang cukup dan keahlian yang khusus untuk memahami apa yang
dibutuhkan oleh orang lain.
c) Mengutamakan
sumbangan yang unik dari guru-guru untuk mengembangkan pendidikan bagi generasi
muda.
d) Menuntut
untuk memberi perhatian yang lebih banyak trhadap proses pembelajaran di kelas
dan diobservasi pada waktu-waktu tertentu.
e) Memerlukan
laporan yang menunjukkan bahwa dialog antara supervisor dan yang disupervisi
dilaksanakan atas dasar kepemimpinan dari kedua belah pihak.
f) Memerlukan kemampuan berbahasa tentang cara mengungkapkan
apa yang dimilikinnya terhadap orang lain.
g) Memerlukan kemampuan untuk menafsirkan makna dan peristiwa
yang diungkapkan sehingga memperoleh pengalaman dan mengapresiasi dari apa yang
dipelajarinya.
h) Menunjukkan
fakta bahwa sinsivitas dan pengalaman merupakan instrument utama yang digunakan
sehingga situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yang
disupervisi.
3. ApaModel SupervisiIlmiah
Supervisi
ilmih sebagai sebuah model dalam supervisi pendidikan dapat digunakan oleh
supervisor untuk menjaring informasi atau data dan menilai kinerja kepala
sekolah dan guru dengan cara menyebarkan angket.
Model
supervisi ilmiah pada pelaksanaannya, supervisor menyebarkan angket kepada para
siswa dan atau kepada guru sejawat. Setelah angket itu di isi atau di jawab
oleh siswa dan atau guru sejawat, ditarik lagi dan dikumpulkan lalu di olah,
dan di analisis hingga pada akhirnya hasilnya dijadikan sebagai bahan penilaian
supervisor kepada kinerja kepala sekolah, guru, dan staf sekolah. Jika hasilnya
cenderung tidak menguntungkan kepala sekolah dan guru, dengan lain kata bila
kinerja kepala sekolah dan guru kurang baik, supervisor segera mengambil
langkah-langkah logis dan rasional utnuk memberikan pencerahan kepada mereka
agar mau memperbaiki kinerjanya.
Oleh karena
itu, supaya supervisor memperoleh gambaran objektif, perlu pernecanaan,
persiapan matang, taat rosedur, sistematis, menggunakan instrumen pengumpulan
data dan alat penilain yang tepat berupa angket, dan mengusahakan informasi
atau data ang diperoleh supervisor itu ril adanya. Dengan demikian model
supervisi ilmiah menurut Sahertian (2008) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dilaksanakan
secara berencana dan kontinu.
b. Sistematis
dan menggunakan prosedur dan metode atau teknik tertentu.
c. Menggunakan
instrumen pengumpulan data yang tepat.
d. Menggunakan
alat penilaian berupa angket yang mudah dijawab.
e. Angket
disebar kepada siswa dan atau guru sejawat.
f. Adanya data
atau informasi yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.
Dengan
menggunakan merit rating , sekala penilaian atau chek-list lalu
para siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar mengajar guru atau
dosen dikelas. Hasil penelitian diberikan kepada guru-guru sebagai balikan
terhadap penampilan mengajar guru pada cawu atau semester yang lalu. Dan hal
ini tidak berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan. Penggunaan
alat rekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian,
hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan
supervisi yang lebih manusiawi.
4. ApaModel SupervisiKlinis
Moris Cogan (1973) mendefinisikan clinical supervision
sebagai latar dan praktek yang didesain untuk mengembangkan performa guru
dikelas. Sergiovani dan Starratt (1979) menjelaskan bahwa clinical
supervision mengacu pada tatap muka pertemuan dengan guru tentang mengajar,
biasanya dalam classroom, dengan
maksud agar tercipta profesionalitas guru dan pengembangan serta peningkatan
intruksi pembelajaran.
Senada dengan pendapat tersebut Flanders (1976) melihat
pengawasan clinical supervision sebagai sebuah teaching kasus
khusus yang mana setidaknya dua orang yang bersangkutan akan diperbaiki.
Kegiatan ini juga untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru dan
merangsang perubahan dalam mengajar. Model supervisi klinis adalah suatu proses
pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional
guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara
objektif serta teliti sebagai dasar untuk mengubah perilaku mengajar guru.
tekanan dalam model supervisi ini diterapkan bersifat khusus melalui tatap muka
ketika guru mengajar. Inti bantuan dari supervisor terpusat pada perbaikan
penampilan dan perilaku guru mengajar.
Supervisi klinis adalah benyuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan
mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan
serta analisis yang intensif dan cermat tentang tentang penampilan mengajar
yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.
Ada beberapa ciri supervisi klinis
a. Dalam supervisi klinis, bantuan yang diberikan bukan bersifat intruksi atau
memerintah. Tetapi tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru-guru memiliki
rasa aman. Dengan timbulnya rasa aman diharapkan adannya kesediaan untuk
menerima perbaikan.
b.
Apa yang akan disupervisi itu timbul dari
harapan dan dorongan dari guru sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan
itu.
c.
Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki
guru merupakan satuan yang terintegrasi. Harus dianalisissehingga terlihat
kemampuan apa, keterampilan apa yang spesifik yang harus diperbaiki.
d.
Suasana dalam pemberian supervisi adalah yang
penuh kehangatan, kedekatan dan keterbukaan.
e.
Supervisi yang diberikan tidak saja pada
keterampilan mengajar tapi juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya
motivasi terhadap gairah mengajar.
f.
Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun
atas dasar kesepakatan antara supervisor dan guru.
g.
Balikan yang diberikan harus secepat mungkin
dan sifatnya objektif.
h. Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru lebih dulu,
bukan dari supervisor.
Ciri-ciri tersebut harusnya diperhatikan oleh seorang supervisor. Oleh
karena itu, setiap supervisor harus menguasai prinsip-prinsip supervisi berikut
ini.
a. Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para
guru lebih dahulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis sehingga
guru-guru terdorong untuk berusaha meminta bantuan dari supervisor.
b.
Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat
interaktif dan rasa kesejawatan.
c.
Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang
bebas mengemukakan apa yang dialaminya. Supervisor berusaha untuk apa yang
diharapkan guru.
d.
Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru
yang riil yang mereka sungguh alami.
e.
Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang
spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.
BAB III
PENUTUP
b A.
Kesimpulan
Dari pemaparan di atasdapat di
simpulkanbahwaSupervisiitusendiriadalahusahauntukmembantu, membina, membimbing,
danmengarahkanseluruhstafsekolah, agar
merekadapatmeningkatkankemampuanuntukmengembangkansituasibelajarmengajardenganlebihbaikTujuandarisupervisipendidikanituadalahperbaikandanperkembangan
proses belajarmengajarsecara total,
dalamartianmemperbaikidanmengembangkanmutumengajar guru, pengadaanfasilitas
yang menunjangkelancaran proses belajarmengajar,
peningkatanmutupengetahuandanketerampilan guru.
Adapun model-model supervisi
Model
Konvensional
ApaModel
SupervisiArtistik
ApaModel
SupervisiIlmiah
ApaModel
SupervisiKlinis
B.
Saran
Kami
menyadaribahwadalampenulisanmakalahinitakluputdarikesalahansebagaimana kata
pepatah “ Takadagading yang takretak “ sehingga saran danmasukandariteman-teman
yang sifatnyamembangunsangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron, SupervisiPembelajaran Tingkat SatuanPendidikan, (jakarta: SinarGrafika,2010)
Dadang suhardan, supervisi profesional (bandung: Al
fabeta,2010)
Herabudin, administrasi dab supervisi pendidikan,
(bandung: pustaka setia,2009)
Jasmani,
mustofasyaiful, supervisipendidikan, Jogjakarta, AR-RUZZ MEDIA, 2013.
Sahertian,
konsepdasardanteknik supervise pendidikandalamrangkapengembangansumberdayamanusia,
Jakarta, PT.RINEKA CIPTA, 2010
Jasmani, syaifulmustofa, SupervisiPendidikan (Jogjakarta,
AR-RUZZ MEDIA,2013)hlm;87
Sahertian, konsepdasardanteknik supervise
pendidikandalamrangkapengembangansumberdayamanusia,(Jakarta,
PT.RINEKA CIPTA, 2010)hlm;43
Belum ada tanggapan untuk "Model-model supervisi makalah lengkap"
Posting Komentar