Segala bentuk konten dalam situs tokomakalah.com ini BERHAKCIPTA atau dilindungi oleh Undang-undang. jika anda ingin mendapatkan salah satu konten didalam situs ini, silahkan menghubungi kami. Informasi Selengkapnya, Klik download!
Pendahuluan
Filsafat
pendidikan islam adalah sejumlah prinsip, kepercayaan, dan premis yang diambil
dari ajaran islam atau sesuai dengan semangatnya dan mempunyai kepentingan
terapan dan bimbingan dalam bidang pendidikan.
Menurut
Hasan Langgulung, yang menjadi sumber dalam pemikiran pendidikan islam adalah kitab
Allah (Al-Quran), sunnah, perkataan sahabat, kemaslahatan sosial, nilai-nilai
dan kebiasaan sosial, serta pemikir-pemikir islam.
Hasan
Langgulung memandang bahwa pendidikan islam adalah suatu proses spiritual,
akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya
nilai-nilai prinsip, dan teladan ideal dalam kehidupannya.
Pandangan
semacam ini perlu dikembangkan lebih lanjut dalam pengembangan filsafat
pendidikan islam, mengingat salah satu tema sentral yang dibahas dalam filsafat
pendidikan adalah kajian tentang manusia. Maka menurut Langgulung, manusia
merupakan khalifah Allah yang diberi tugas mulia untuk memelihara dan
melestarikan alam.
Beliau
juga berpendapat bahwa mustahil kita memahami pendidikan islam tanpa memahami
islam sendiri, suatu kekuatan yang memberi hidup bagi suatu peradaban raksasa
yang salah satu buahnya adalah pendidikan. Untuk
itu, sebelum mengurai lebih lanjut mengenai pemikiran Hasan Langgulung tentang
pendidikan islam, akan diurai secara ringkas terlebih dahulu mengenai riwayat
hidupnya dan dapat dipahami lebih jauh siapa sebenarnya Hasan Langgulung tersebut.
Pembahasan
A.
Biografi Hasan Langgulung
Hasan Langgulung lahir
di Rappang, Sulawesi Selatan, Indonesia, tanggal 16 Oktober 1934 dari pasangan Tan
Rasula dan Siti Fatimah. Riwayat pendidikan Hasan Langgulung dimulai dari
pendidikan formalnya Sekolah Dasar di tempat kelahirannya, Rappang, Sulawesi
Selatan tahun 1943-1949. Setamat Sekolah Dasar ia melanjutkan studinya ke
tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Islam di Ujung Pandang tahun
1949-1952, dan setelah menyelesaikan pendidikannya di Ujung Pandang, ia
melanjutkan studinya ke Sekolah Guru Agama Islam yang juga di Ujung Pandang pada
tahun 1952-1955, serta Bahasa Inggris di Ujung Pandang pada tahun 1957-1962.
Pendidikan
selanjutnya, Hasan Langgulung melanjutkan studinya ke Mesir, yaitu di Islamic
Studies pada Fakultas Dar Al-Ulum, Cairo University pada tahun 1962 dengan
gelar Bachelor of Art (BA). Kemudian pada tahun 1967, ia berhasil menyelesaikan
pendidikannya pada jenjang strata dua (S-2) dalam bidang psikologi dan Mental
Hygiene di Eins Shams University dengan gelar MA. Karena tidak puas dengan
kemampuan yang telah diperoleh sebelumnya, kemudian ia melanjutkan pendidikan
pada tingkat strata tiga (S-3) masih dalam bidang psikologi di University Of Georgia Amerika Serikat dengan gelar Ph.D pada tahun 1971.
Dengan memperhatikan latar
belakang pengalaman pendidikan Hasan Langgulung, maka dapat diketahui bahwa ia
adalah seseorang yang memiliki perhatian dalam bidang psikologi yang erat
hubungannya dengan masalah pendidikan. Hal ini terbukti dengan banyaknya karya
yang beliau hasilkan. Beberapa buku yang pernah ia tulis dapat di kategorikan
kedalam tiga kategori yaitu, bidang psikologi, pendidikan, dan filsafat. Itulah
sebabnya tidak mengherankan jika pada tahapan selanjutnya ia juga sebagai orang
yang ahli dalam bidang pendidikan islam.
Menurut
Pendapat saya mengenai biografi Hasan Langgulung saya setuju dengan pernyataan
diatas, karena dalam
literatur lain sudah banyak menjelaskan mengenai kebenaran biografi Hasan Langgulung misalnya,
dalam bukunya Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Abuddin Nata, dan
Susanto. Yang dijelaskan bahwasanya
Biografi dari Hasan Langgulung itu sama. Sehingga dari beberapa sumber yang
membahas tentang riwayat hidup sang tokoh cukup kiranya memberikan kayakinan
kepada pembaca bahwa beliau benar-benar ahli dalam ilmunya, yaitu kemampuannya
dalam bidang pendidikan dan psikologi, yang mana tidak hanya melihat sisi
pendidikan secara konprehensif saja melainkan juga mengkaji secara detail
didalamnya, salah satu contohnya adalah dengan mengkaji ilmu psikologi yang
mampu melihat jiwa dan perasaan (suasana diri) dari seseorang pembelajar dan
sehubungannya, sehingga dengan ilmu yang dikaji dapat pula memberikan acuan dan
arahan bagi para guru untuk memperbaiki dan mengevaluasi cara belajar dan
mengajar kedepan menjadi lebih baik demi kualitas dan kuantitas hasil belajar.
B.
Pemikiran Tentang
Pendidikan
Berdasarkan latar belakang pendidikannya sebagaimana
tersebut di atas, maka corak pemikiran Hasan Langgulung adalah berbasis
psikologi islam yang berdasarkan Al-Quran dan Al-Sunnah, yang antara lain di
tandai oleh adanya keseimbangan antara jasmani dan rohani, spiritual dan
material, yang fisik dan metafisik. Adapun corak pemikiran Hasan Langgulung mengenai
pendidikan dapat dilihat dari beberapa aspek pendidikan yaitu sebagai berikut:
1.
Konsep Pendidikan
Pendidikan, menurut
Hasan Langgulung yang dalam bahasa Inggris education dan dari bahasa
latin educere, berarti memasukkan sesuatu, yang artinya memasukkan ilmu
ke kepala seseorang, kalaulah ilmu itu memang masuk di kepala.
Sedangkan dalam bahasa Arab ada beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam
pengertian pendidikan yaitu, ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib. Walaupun
ketiga istilah tersebut bisa digunakan dengan pengertian yang sama, dalam artian ketiganya mempunyai arti dalam
ranah mendidik dan mendidikkan, hanya saja ia lebih
cenderung menggunakan kata ta’dib untuk menggambarkan muatan pendidikan.
Menurutnya, kata ta’dib
merupakan suatu proses pengajaran yang bertujuan menyeluruh, baik transformasi
pengetahuan, penghayatan, dan penyadaran serta pembentukan sikap atau perilaku
yang bertujuan untuk mengantarkan manusia menjadi sosok manusia yang sempurna.
Dengan melihat
penjelasan di atas sudah jelas dimana pendidikan merupakan suatu proses
pengajaran yang mana tidak hanya mentransformasikan suatu pengetahuan saja akan
tetapi juga memperhatikan segi akhlaknya,
yaitu menciptakan berbagai pola tingkah laku pada anak didik yang sedang di
didik. Pendidikan islam pada umumnya merupakan proses spiritual, akhlak,
intelektual, dan sosial yang berusaha untuk membimbing anak didik dan
memberinya nilai-nilai serta prinsip teladan ideal dalam kehidupannya yang
nantinya bertujuan untuk mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.
Pendidikan semestinya
mampu merangsang tumbuhnya potensi yang ada pada peserta didik, pendidikan disini
tidak hanya menekankan pada kemampuan manusia memperoleh pengetahuan dari
sesama manusia melainkan kemampuan memperoleh pengetahuan dari lingkungan
sekitar. Pendidikan merupakan proses transformasi memindahkan ilmu pengetahuan
dari seseorang kepada orang lain. Proses transformasi yang dilakukan oleh
seseorang bertujuan untuk membawa perubahan pada diri seseorang dalam kehidupan
pribadinya sebagai mahkluk individual, sosial serta alam sekitarnya.
Pengembangan potensi
yang dimaksud disini adalah fitrah manusia itu sendiri sebagaimana yang terkandung
dalam Al-Asma Al-Husna, yang pengembangannya merupakan ibadah. Sedangkan
pewarisan budaya dimaksudkan adalah Ad-Din yang menjadi tapak tegaknya
peradaban islam, yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya
sebagai perwujudan dari ibadah kepada-Nya. Adapun interaksi antara potensi dan
budaya menggambarkan potensi (fitrah) berkembang dari dalam tiap individu,
sedangkan Ad-Din bersifat dari luar ke dalam.
Pendidikan menurut
Hasan Langgulung sebagaimana tercermin dalam kata ta’dib adalah, pertama
pemindahan nilai-nilai, budaya, dan pengetahuan kepada orang lain, atau dari
satu generasi kepada generasi berikutnya. Artinya pendidikan merupakan sebuah
proses pengajaran yang berarti pemindahan pengetahuan. Pengetahuan yang di
ajarkan kepada peserta didik harus diketahui secara detail sehingga pendidikan
yang berlangsung dapat menjadikan seseorang bersifat rasional.
Kedua, pendidikan adalah latihan, yaitu melatih seseorang membiasakan diri
dalam mengerjakan pekerjaan tertentu sehingga membuat seseorang tersebut
menjadi mahir yang akan mengantarkan
seseorang tersebut sampai pada keterampilan (Psikomotor).
Ketiga, pendidikan adalah penanaman nilai. Dalam proses ini merupakan usaha
menanamkan nilai-nilai tertentu kedalam diri seseorang agar dihayati. Penanaman
nilai ini merupakan ranah afektif dalam pembelajaran, yakni ranah kesadaran dan
penghayatan nilai-nilai pendidikan islam.
Dari penjelasan di
atas juga menjelaskan bahwa, pendidikan juga bisa dipandang dari sudut
masyarakat, dimana pendidikan dalam masyarakat bisa diartikan sebagai pewarisan
nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki masyarakat tertentu. Pewarisan ini
dilakukan oleh generasi tua kepada generasi muda yang bertujuan untuk tetap
menjaga dan mempertahankan nilai-nilai budaya yang dimilikinya.
Menurut Hasan langgulung,
memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu masyarakat melalui berbagai
proses. Proses tersebut melalui pengajaran, latihan, dan indoktrinasi. Melalui
pengajaran ialah memindahkan pengetahuan dari individu kepada individu lain,
dan latihan ialah membiasakan diri melalakukan sesuatu supaya memperoleh suatu
kemahiran, sedangkan melalui indoktrinasi ialah menjadikan seseorang dapat
meniru apa yang dilakukan oleh orang lain. Ketiga proses ini berjalan serentak
dalam masyarakat primitif dan modern.
2.
Tujuan Pendidikan
Menurut Hasan
Langgulung tujuan pendidikan islam adalah sama dengan tujuan hidup manusia,
yaitu memikul amanah Allah SWT di muka bumi dalam rangka beribadah kepada Allah
SWT. Adapun tujuan pendidikan menurut Hasan Langgulung dapat di rinci sebagai
berikut:
a.
Membina generasi muda agar
menyembah Allah SWT dengan cara melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi
larangannya.
b.
Mendidik generasi muda agar dapat
hidup di masyarakat dengan mengakui adanya prinsip kerja sama, persaudaraan,
dan persamaan.
c.
Mendidik generasi muda agar
menggunakan pikirannya dengan cermat dan produktif.
d.
Membentuk pribadi yang suka
terbuka dan bergaul dengan orang lain.
e.
Mendidik generasi muda agar dapat
menggunakan pemikiran ilmiah.
Dengan adanya tujuan
pendidikan tersebut telah menunjukkan bahwa ada keterpaduan tujuan pendidikan
islam dengan aspek pengetahuan (kognitif), penghayatan dan kesadaran terhadap
nilai-nilai tertentu (afektif), maupun keterampilan (psikomotorik).
Keberhasilan suatu pendidikan islam tidak hanya dilihat pada spek pengetahuan
saja (transfer of knowladge), tetapi yang terpenting adalah tumbuhnya
kesadaran dan penghayatan dalam diri peserta didik terhadap nilai (transfer
of values) yang dimanifestasikan dalam tingkah laku sehari-hari.
Sehingga dalam konteks
tujuan pendidikan islam, tujuan pendidikan harus mampu mengakomodasikan tiga
fungsi dari agama yaitu:
1.
Funsi spiritual, yaitu berkaitan
dengan akidah dan iman.
2.
Fungsi psikologis, yaitu berkaitan
dengan tingkah laku individu, termasuk nilai akhlak yang mengangkat derajat
manusia ke derajat yang lebih sempurna.
3.
Fungsi sosial, yaitu berkaitan dengan aturan
yang menghubungkan manusia dengan manusia lain ataupun masyarakat.
Dengan
adanya tujuan pendidikan tersebut sudah jelas bahwa, Tujuan pendidikan Islam
sangat urgen sekali dalam kehidupan bermasyarakat, lingkungan termasuk pribadi.
Dalam kehidupan kita hanya dituntut untuk menyembah Allah bukan kepada yang
lain karena pemilik asli adalah Rob yang Maha memiliki segalanya termasuk jasad
dan jiwa manusia. Pendidikan juga tujuan akhirnya adalah mengabdi kepada
masyarakat dengan totalitas ilmu yang kita miliki supaya diarahkan kepada mereka yang tidak mengetahui,
bekerjasama, gotong royong adalah bentuk dari hasil pendidikan itu sendiri.
Dengan suatu pendidikan manusia mampu menggunakan segala akal dan pikirannya
dengan baik, selalu menganalisa keadaan, mengambil suatu peluang dalam keadaan
dan lingkungan sekitar sebagaimana Allah ciptakan segala sesuatu di muka bumi
ini tanpa sia-sia, maka dari itu manusia perlu membuka mata dan pikirannya untuk selalu bersyukur dengan
karuniaNya.
Dengan
demikian, tujuan pendidikan islam mempunyai cakupan yang luas, meliputi
pancapaian tujuan jasmani, rohani, mental, sosial, dan bersifat universal yang
nantinya mampu mewujudkan insan saleh dan masyarakat saleh yang
merupakan strategi pengembangan pendidikan islam. Sehingga melahirkan peserta
didik yang beriman dan beramal saleh.
3.
Kurikulum
Sejalan dengan tujuan
pendidikan sebagaimana tersebut diatas, maka kurikulum hendaknya dibentuk
sedemikian rupa sehingga mampu mendorong terciptanya manusia yang di inginkan.
Kurikulum pendidikan
hendaknya mampu membina seluruh potensi manusia dan seluruh aspek kehidupannya.
Hal ini dimaksudkan agar mampu mengemban tugas dan amanah sebagai khalifah Allah
SWT di muka bumi. Dengan cara demikian, maka akan di hasilkan manusia se
utuhnya, yakni manusia yang memiliki kemampuan universal baik intelektual
maupun spiritual.
Dengan
adanya kurikulum dapat membantu kepada para pelaksana pendidikan dalam proses pembimbingan peserta
didik, terutama kurikulum itu sendiri sebagai tujuan kesukseksesan anak bangsa
yang dicita-citakan keluarga, maupun masyarakat. Maka dapat didefinisikan
bahwa, kurikulum adalah sejumlah pengalaman, pendidikan,
kebudayaan, sosial, keolahragaan, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah
bagi murid di dalam maupun diluar sekolah dengan maksud menolong mereka untuk
berkembang dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dengan melihat
penjelasan di atas sudah jelas bahwa kurikulum merupakan salah satu komponen
yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan. Oleh karena itu,
kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus
sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat
pendidikan.
Sehubungan dengan
pemikiran tersebut di atas, maka kurikulum harus disusun dengan berdasar pada
prinsip-prinsip, yaitu:
1.
Prinsip keutuhan, yaitu
memperhatikan seluruh aspek potensi manusia, yaitu badan, jiwa, akal, dan
rohaninya.
2.
Prinsip keterpaduan, yaitu
keterpaduan antara komponen yang satu dengan yang lain (keterkaitan individu
dengan masyarakat maupun antar komponen manusia).
3.
Prinsip kesesuaian, yaitu
kesesuaian dengan kondisi perkembangan peserta didik, serta dimulai dari yang
mudah menuju kepada yang lebih sulit.
4.
Prinsip keaslian, yaitu dalam
tujuan, materi, dan metode yang tercantum dalam kurikulum hendaknya di ambil dari
ajaran islam. Sedangkan yang tidak bersumber dari ajaran islam bisa di ambil
selagi tidak bertentangan.
5.
Prinsip ilmiah, yaitu sesuai
dengan prinsip dan kaidah ilmiah sehingga dapat diterima dikalangan akademik.
6.
Prinsip sesuai dengan perkembangan
zaman, yaitu dengan cara memuat sains dan teknologi yang sejalan dengan nilai
ajaran islam.
7.
Prinsip praktikal, yaitu kurikulum
pendidikan islam hendaknya tidak hanya berbicara soal teoritis saja, melainkan
harus dipraktekkan. Karena suatu ilmu tidak akan berhasil dan dapat diterapkan
jika tidak disertai dengan praktek.
8.
Prinsip holistik, yaitu kandungan
kurikulum harus memuat tentang pengetahuan agama dan syariah, ilmu bahasa dan
sastra, ilmu sejarah dan sosial, ilmu falsafah, logika, debat, diskusi,
ilmu-ilmu murni, ilmu-ilmu kealaman, eksperimental, terapan dan praktis.
Paling tidak ada empat
aspek utama yang menjadi ciri-ciri ideal suatu kurikulum yaitu:
a.
Memuat tujuan pendidikan yang
ingin di capai.
b.
Memuat sejumlah pengetahuan dan
keterampilan yang memperkaya aktifitas dan pengalaman peserta didik sesuai
dengan perkembangan peserta didik dan dinamika masyarakat.
c.
Memuat metode, cara mengajar, dan
bimbingan yang dapat di ikuti peserta didik dan mendorongnya ke arah yang
dihendaki.
d.
Memuat metode dan cara penilaian
yang di gunakan untuk mengukur dan menilai hasil proses pendidikan, baik aspek
jasmani, akal, dan hati.
Analisis
Saya
sepakat dengan buku “Filsafat dan Pemikiran Pendidikan Islam” karangan
Bapak Siswanto, yng mana jika melihat
dari biografi Hasan Langgulung bahwasanya beliau merupakan seseorang yang
memiliki intelek yang tinggi, menguasai dan menghayati ilmu agama, serta
memiliki perhatian dalam bidang psikologi yang erat hubungannya dengan masalah
pendidikan. Hal ini terbukti dengan banyaknya karya yang beliau hasilkan.
Beberapa buku yang pernah ia tulis dapat di kategorikan kedalam tiga kategori
yaitu, bidang psikologi, pendidikan, dan filsafat.
Begitu
pula dalam konsep pendidikan menurut Hasan Langgulung, yang menjelaskan tujuan
pendidikan, serta kurikulum, yang didalamnya dijelaskan bahwa pendidikan
tersebut tidak hanya fokus dalam mentransformasikan suatu pengetahuan saja (transfer
of knowladge) akan tetapi juga
memperhatikan segi akhlaknya, yaitu menciptakan berbagai pola tingkah
laku pada anak didik yang sedang di didik, dan memberinya nilai-nilai serta
prinsip teladan ideal dalam kehidupannya yang nantinya bertujuan untuk
mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.
Namun
disini, ada sedikit kekurangan dalam buku tersebut yaitu kurang menjelaskan
secara detail mengenai ulasan-ulasan yang berhubungan dengan psikologi
pendidikan islam jika memang Hasan Langgulung tersebut memiliki perhatian dalam bidang psikologi.
Yang mana tidak hanya menjelaskan bahwa fungsi pendidikan itu sebagai pemindahan
nilai-nilai ilmu dan keterampilan dari generasi tua ke generasi muda untuk
melanjutkan dan memelihara identitas tersebut. Namun semestinya juga dijelaskan
bagaimana dalam tinjauan psikologi tersebut harus dipenuhi supaya proses
belajar dapat terjadi, dan bagaimana dalam proses pembelajaran peserta didik tidak
hanya menerima pengetahuan dalam keadaan pasif akan tetapi aktif dan dinamis. Yang
hal ini sesuai dalam bukunya Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus “Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam”. Selain itu juga dijelaskan dalam bukunya
Abudin Nata “Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat” yang menjelaskan, dalam
psikologi dikatakan bahwa manusia adalah makhluk multi dimensional dan
multitalented. Manusia adalah makhluk yang suka meniru, suka pada cerita, suka
mencoba, dan sebagainya yang hal ini merupakan kejiwaan yang positif. Selain
itu juga terdapat kejiwaan yang kurang positif seperti rasa enggan, cepat
bosan, dan sebagainya. Sehingga, untuk itu diperlukan sebuah metode. Bagaimana metode
yang digunakan agar sesuai dengan jiwa manusia.
Dalam
beberapa buku yang membahas tentang pemikiran Hasan Langgulung yang dikutip
dari beberapa penulis, disana dijelaskan secara rinci jika memang Hasan
Langgulung juga memperhatikan aspek psikologi dalam pendidikan, namun jika saya
mentelaah secara keseluruhan buku yang ditulis oleh Bapak Siswanto kurang
dibahas secara rinci, perihal psikologi itu sendiri. Sehingga perlu dijelaskan
secara signifikan ketika melihat pada ranah pendidikan, hal ini bertujuan untuk memahamkan para pembaca .
Penutup
Dari
uraian dan analisis diatas dapat disimpulkan mengenai riwayat hidup Hasan
Langgulung dapat dikatakatan bahwa ia termasuk kategori seseorang yang
mempunyai intelek yang tinggi, selain mengusai dan menghayati ilmu agama ia
juga memahami ilmu pengetahuan dengan titik keahliannya dalam bidang psikologi.
Begitu pula mengenai pemikiran Hasan Langgulung tentang pendidikan, yaitu
pendidikan menurut Hasan Langgulung adalah usaha membimbing, mengarahkan
potensi hidup manusia, berupa kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan belajar
sehingga terjadilah perubahan didalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk
individual, sosial serta dalam hubungannya denganalam sekitar.
Sedangkan
jika dilihat dari tujuan pendidikannya yaitu suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal
yang terbentuk dalam pribadi manusia, dan membinanya agar menjadi hamba Allah yang
shaleh dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Begitu
pula dengan kurikulumnya, yaitu serangkaian kegiatan pembelajaran yang
direncanakan, diprogram secara terperinci untuk mencapai tujuan pendidikan yang
di inginkan.
Daftar Rujukan
Belum ada tanggapan untuk "Konsep Pendidikan Perspektif Hasan Langgulung Makalah lengkap"
Posting Komentar